Ibu guru Nirmala, begitu ia akrab disapa adalah wali kelas VI SDN 1 Kuta kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Guru lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Mataram ini berjibaku untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswanya termasuk siswa dengan disabilitas.
Nirmala mengabdi menjadi guru honorer di SDN 1 Kuta sejak tahun 2017 lalu. Dan pada bulan Juni 2022 dia menerima Surat Keputusan (SK) pengangkatan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) karena lulus seleksi.
Nirmala ingin menjadikan ruang kelas sebagai rumah kedua bagi siswa juga untuk membantu anak-anak yang tidak tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, melainkan bersama nenek, kakek dan kerabat lain. Hal itu karena kedua orang tua siswa ada yang sudah meninggal dan ada juga yang menikah lagi. Kondisi ini menjadi salah satu pemicu siswa sulit berkembang dengan optimal dalam proses belajarnya di sekolah. Karena umumnya siswa seperti ini kurang mendapatkan perhatian di rumahnya.
“Kasih sayang bagi anak-anak memang sangat penting. Karena faktor ini juga ada anak yang jarang masuk, suka murung dalam kelas dan jarang bicara dengan temannya. Akhirnya saya sebagai guru harus bisa menggantikan sosok keluarga atau menjadikan ruang kelas sebagai rumah ternyamannya,” tutur Nirmala.
Dia mengatakan, di dalam ruang kelas dirinya selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat ataupun bercerita tentang apa saja yang mereka alami, baik di sekolah maupun di rumahnya. Itu adalah salah satu upaya untuk mengenali karakter anak yang beragam dan merupakan tantangan yang harus dia hadapi sebagai guru.
Melalui langkah tersebut, dia bisa mendalami kondisi sejumlah siswa yang dinilai memiliki kendala dalam belajar yang diantaranya disebabkan oleh kondisi siswa yang tidak tinggal dengan kedua orang tuanya.
Cara yang dia lakukan adalah mendekati siswa itu dan mendatangi rumahnya. Usahanya membuahkan hasil. Karena seiring berjalannya waktu, anak-anak yang memiliki persoalan ini akhirnya bisa terbantu dan membuka diri serta akrab juga dengan teman-temannya yang lain. Minat baca dan numerasinya pun meningkat.
Nirmala mengakui bahwa selama bertahun-tahun dia mengajar siswa dengan pola biasa yang sudah terbangun selama ini, yakni mengajar siswa dengan mempedomani Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) yang ada. Meski di satu sisi, dia sendiri menyadari bahwa pola tersebut nyatanya tidak bisa sepenuhnya berhasil membantu semua siswa di dalam proses belajar mengajarnya. Karena kenyataannya masih ditemukan siswa kelas VI yang belum bisa membaca dan berhitung.
Ditambah lagi, sekolah tempat Nirmala mengajar sudah ditetapkan sebagai sekolah inklusi. Sehingga di sekolah tersebut banyak anak dengan disabilitas Untuk pembelajaran terhadap siswa berkebutuhan khusus ini tentunya butuh juga pola khusus. Karena anak dengan disabilitas jelas mengalami kendala ketika harus belajar dengan materi dan pola yang sama seperti anak-anak pada umumnya. Akan tetapi, RPP yang ada saat itu nyatanya belum mampu menjawab semua persoalan tersebut.
Hingga akhirnya dirinya mengikuti kegiatan Pelatihan Pembelajaran Literasi Kelas Awal dan Pembelajaran Inklusif. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Inovasi untuk Anak Indonesia (INOVASI) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Lombok Tengah dan berlangsung pada bulan Oktober 2018 hingga April 2019.
Dari pelatihan tersebut, dia mendapatkan pemahaman untuk mengkolaborasikan pembelajaran agar sesuai untuk semua peserta didik. Dalam pelatihan tersebut, dia juga mendapatkan pelatihan terkait bagaimana cara modifikasi RPP yang disesuaikan untuk para anak dengan disabilitas.
“Misalnya kita meminta mereka untuk mengerjakan tugas itu beda tugasnya. Biar dia enak mengerjakannya dan tidak sulit. Karena kalau siswa dengan disabilitas mengikuti pola belajar anak-anak reguler itu susah. Walaupun penting kalau ada guru khusus untuk siswa dengan disabilitas,”jelas Nirmala.
Siswa dengan disabilitas pun dibimbingnya untuk belajar dengan pelan sampai akhirnya mereka bisa membaca dengan lancar. Adapun saat ini juga diterapkan pembelajaran sesuai level kemampuan. Program yang dinamai Semua Anak Cerdas (cakap literasi dan numerasi dasar) ini adalah program kemitraan antara Dinas Pendidikan Lombok Tengah dengan Universitas Mataram dan INOVASI.
Program SAC mengarahkan anak-anak untuk belajar sesuai dengan level kemampuannya. Misalnya anak- anak yang baru bisa mengenal huruf disatukan dalam satu kelompok yang sama. Sehingga penanganannnya sama. Anak-anak juga bisa berkolaborasi dengan teman-temannya yang lain yang setara.
Karena SAC ini, proses belajar mengajar di sekolah menjadi menyenangkan. Anak-anak dan juga menjadi lebih bersemangat dan berdampak pada perkembangannya literasi dan numerasi siswa yang meningkat pesat hingga 70 persen. Sebelumnya ada sekitar 50 persen anak di tiap kelas yang tidak bisa membaca. Sementara total murid di sekolah itu mencapai 365 orang.
“Dari sanalah anak-anak yang tidak bisa membaca itu Alhamdulillah mempunyai peningkatan secara signifikan untuk literasi dan numerasinya. Yang dulunya banyak yang tidak bisa baca. Setelah program ini kita lakukan penilaian banyak peningkatan misalnya yang dari kata naik ke paragraf,”imbuhnya.
Program SAC ini juga sangat efektif di dalam mengidentifikasi masalah dan karakter anak dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasinya. Identifikasi ini adalah tahap awal di dalam penentuan level atau kemampuan siswa ketika SAC mulai diterapkan.
Menurutnya, mengetahui karakter anak dan melihat mereka berkembang pesat khususnya dalam membaca dan menulis adalah pengalaman yang paling menarik selama menjadi guru.
“Perumpamaan misalnya ada berbagai jenis hewan. Ada burung, ular, ayam dan gajah. Kalau dilihat dari hewan-hewan ini kalau diminta untuk terbang otomatis burung yang menang. Sehingga kita tidak bisa sama ratakan semua. Begitu pula siswa ada cara penanganan masing-masing berdasarkan kemampuannya,” Imbuh Nirmala.