Ditulis oleh: Junaedi Uko and Erix Hutasoit

Tarakan, Kalimantan Utara – Dalam peringatan Hari Pendidikan Internasional yang tahun ini mengusung tema AI dan teknologi, penting untuk merenungkan bagaimana inovasi dapat menjembatani kesenjangan pendidikan, terutama di daerah terpencil. Akses yang terbatas, di mana sekolah-sekolah sering terpisah oleh sungai dan gunung, jalan rusak, keterbatasan sumber daya, serta kurangnya guru terlatih merupakan beberapa kendala yang sering ditemui, tetapi satu masalah utama yang paling mencolok adalah kurangnya buku berkualitas. Hal ini menghambat siswa untuk mengembangkan keterampilan literasi dan numerasi dasar. Meski demikian, transformasi teknologi mulai membawa perubahan positif terhadap situasi ini.

Buku Digital dan Akses Pembelajaran yang Lebih Mudah

Di daerah terpencil yang kekurangan buku fisik, buku digital kerap menjadi penyelamat. Platform seperti Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan layanan e-book lainnya memungkinkan siswa dan guru mengakses berbagai materi pembelajaran. Di Kalimantan Utara, misalnya, penggunaan buku digital telah meningkatkan hasil literasi secara signifikan. “Perpustakaan digital memungkinkan siswa mengakses materi pembelajaran berkualitas tinggi tanpa harus menunggu buku fisik tiba,” ujar Agus Prayitno, Manajer Provinsi Kalimantan Utara, INOVASI. “Ini memastikan bahwa bahkan anak-anak di daerah paling terpencil dapat membangun kebiasaan membaca yang kuat dan berkembang secara akademis.”

Pemanfaatan buku digital membuka cara baru menyampaikan materi pembelajaran di ruang kelas. Metode ini mendorong suasana belajar yang menyenangkan di tengah kondisi lokal daerah terpencil. (Foto: Erix Hutasoit)
Pemanfaatan buku digital membuka cara baru menyampaikan materi pembelajaran di ruang kelas. Metode ini mendorong suasana belajar yang menyenangkan di tengah kondisi lokal daerah terpencil. (Foto: Erix Hutasoit)

ASI ASLI: Aplikasi untuk Mempermudah Asesmen Literasi

ASI ASLI (Aplikasi Saring Literasi Anak Sekolah Indonesia) adalah salah satu aplikasi digital inovatif yang dikembangkan melalui Program CERDAS oleh Universitas Mataram (UNRAM) dengan dukungan INOVASI – program kemitraan Australia-Indonesia – ASI ASLI dirancang untuk membantu guru menilai kemampuan membaca siswa secara cepat dan akurat.

Nur Hikmah Wijaya, Kepala SDN Magunjaya 01 di Bekasi, langsung terkesan ketika pertama kali melihat aplikasi ini dioperasikan. “Mengukur kemampuan membaca siswa secara manual memakan waktu dan tenaga. Dengan ASI ASLI, semua menjadi lebih mudah,” ungkapnya.

ASI ASLI secara otomatis memberikan skor dan mengelompokkan siswa ke dalam beberapa level kemampuan, mulai dari tingkat mahir hingga mereka yang membutuhkan intervensi khusus. “Aplikasi ini memberikan analisis detail tentang di mana siswa mengalami kesulitan, sehingga guru bisa langsung menyesuaikan metode pengajaran,” jelas Lalu Jazuli, pengawas SD di Lombok Tengah.

Aplikasi ini dapat diakses dengan mudah melalui ponsel atau komputer kapan saja. Panduan yang tersedia juga mempermudah guru mengoperasikan ASI ASLI, menjadikannya alat yang praktis dan efisien. “ASI ASLI tidak hanya mengurangi waktu guru untuk melakukan analisis hasil asesmen, tetapi juga menghemat biaya karena tidak perlu mencetak alat asesmen berulang kali,” tambah Jazuli. Yang tidak kalah penting, aplikasi ini memungkinkan guru untuk memantau kemajuan siswa secara terus-menerus, memberikan fondasi yang kuat untuk rencana pembelajaran berbasis data.

Peran Teknologi dan Masa Depan yang Cerah untuk Pendidikan di Daerah Terpencil

Penggunaan teknologi dan platform digital dalam pendidikan tidak hanya soal kenyamanan—ini adalah transformasi cara pembelajaran berlangsung, terutama di daerah dengan akses sumber daya yang terbatas. Buku digital membuka dunia pengetahuan di ujung jari siswa, sementara aplikasi seperti ASI ASLI memberdayakan guru untuk membuat keputusan berbasis data secara real-time.

Lalu Hamdian, seorang akademisi dari UNRAM, menyoroti dampak ekonomi dari rendahnya tingkat literasi. “Menurut World Literacy Foundation (2022), rendahnya keterampilan literasi di Indonesia mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar 200 triliun rupiah setiap tahun. Dengan meningkatkan literasi melalui alat seperti ASI ASLI, kita tidak hanya membantu siswa, tetapi juga berinvestasi untuk masa depan bangsa,” tambahnya.

Asis bin Wahid, seorang guru dari Malinau, Kalimantan Utara, melampaui batas ruang kelas untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Ia meluangkan waktu tambahan untuk membantu siswanya membaca dengan lancar dan memahami apa yang mereka pelajari. Dengan menggunakan metode pengajaran kreatif, seperti bermain peran dan alat bantu visual, ia membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan menjadikan pendidikan lebih menarik. (Foto: Junaedi Uko)
Asis bin Wahid, seorang guru dari Malinau, Kalimantan Utara, melampaui batas ruang kelas untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Ia meluangkan waktu tambahan untuk membantu siswanya membaca dengan lancar dan memahami apa yang mereka pelajari. Dengan menggunakan metode pengajaran kreatif, seperti bermain peran dan alat bantu visual, ia membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan menjadikan pendidikan lebih menarik. (Foto: Junaedi Uko)

Azis bin Wahid, seorang guru di Malinau, Kalimantan Utara, juga berbagi bagaimana teknologi membantunya mengatasi tantangan di kelas. “Ketika buku fisik tidak tersedia, buku digital memastikan siswa saya tetap memiliki akses ke cerita dan latihan yang meningkatkan literasi mereka. ASI ASLI mempermudah saya mengidentifikasi siswa yang membutuhkan bantuan tambahan, sehingga tidak ada yang tertinggal,” katanya.

Seiring dengan semakin berkembangnya AI dan teknologi dalam pendidikan, masa depan terlihat semakin menjanjikan. Dengan alat, kolaborasi, dan dukungan yang tepat, setiap anak—di mana pun mereka berada—memiliki kesempatan untuk belajar, berkembang, dan meraih potensi mereka sepenuhnya.