Di Tanah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Ibu Astuti, seorang guru berusia 39 tahun, mengajar matematika dengan penuh semangat meski dihadapkan pada keterbatasan fasilitas. Untuk membantu siswa memahami bilangan pecahan, ia menciptakan alat peraga sederhana menggunakan tampah bambu, kertas karton, dan gabus—bahan-bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. “Saya ingin anak-anak di sini bisa belajar dengan cara yang mereka pahami, meskipun dengan alat seadanya,” ujar Ibu Astuti.

Tantangan dalam pendidikan Indonesia, khususnya dalam literasi dan numerasi, tercermin dalam hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA), yang menunjukkan bahwa siswa Indonesia masih tertinggal dalam aspek membaca dan matematika. Kondisi ini lebih terasa di daerah terpencil yang sulit mengakses pendidikan berkualitas dan dukungan untuk pengembangan guru. Karena itulah, INOVASI, program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia bekerja sama dengan ekosistem pendidikan di Nusa Tenggara Barat, termasuk Sumbawa, untuk meningkatkan praktik dan kebijakan pembelajaran. Program ini membantu guru seperti Ibu Astuti mengembangkan metode pengajaran yang kreatif dan mendukung pencapaian dasar literasi dan numerasi.

Menyambut Hari Guru Nasional, penting bagi kita untuk menghargai dedikasi para guru yang terus berinovasi dalam keterbatasan. Dukungan dari pemerintah, komunitas, dan individu merupakan dorongan berharga bagi mereka yang berjuang demi masa depan anak-anak Indonesia.