Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan dalam melakukan metode jembatan bahasa dalam kegiatan belajar mengajar adalah penggunaan alat bantu pembelajaran. Media pembelajaran ini bisa dibuat sendiri, seperti hasil kreasi guru di SDN Sarikalampa, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Nurdiana. Ia membuat media pembelajaran ‘Peta Tematik’ yang bisa disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan kepada para siswanya.

Salah satu ‘Peta Tematik’ yang ia buat adalah sebuah gambar suasana pantai untuk memperkenalkan kondisi di pantai yang memang biasa dikunjungi oleh siswa-siswanya. Untuk membuatnya, ia menggambar berbagai macam hal yang biasa ditemui jika pergi ke pantai seperti perahu, payung besar untuk berteduh, rumah-rumah, menara mercusuar dan lain sebagainya.

Dalam pelaksanaannya di kelas, pada tahap pertama Nurdiana akan memberi keterangan nama benda-benda tersebut dalam bahasa lokal Mbojo yang merupakan bahasa yang digunakan dalam keseharian siswa-siswanya. Tiap benda ataupun kegiatan yang ada di dalam gambar tersebut memiliki keterangan.

Hal ini ia lakukan juga sekaligus untuk memperkuat kemampuan literasi siswa. Memang biasanya siswa hanya mengenal pengucapannya, tetapi belum tahu bagaimana cara penulisannya dalam bahasa lokal Mbojo. Nah, dari sinilah nantinya siswa akan mulai belajar bagaimana bentuk tulisan dari benda-benda tersebut.

Setelah ia melihat anak-anak mulai mengenal atau memahami benda dan kegiatan itu dalam bahasa lokal Mbojo, barulah secara perlahan ia mengganti keterangan yang tertera ke dalam bahasa Indonesia.

Model seperti ini menjadi salah satu bentuk upaya yang Nurdiana lakukan untuk memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia bagi anak-anak di sekolahnya yang mayoritas masih dominan mengunakan bahasa Mbojo dalam berkomunikasi.

“Saya sendiri sangat terbantu dengan penggunaan model seperti ini karena anak-anak terlihat lebih cepat menyerap apa yang sudah diberikan. Anak-anak juga terlihat lebih fokus dalam belajar jika kita menggunakan gambar berwarna-warni. Sangat berbeda jika kita memperkenalkan benda atau kegiatan dengan cara lama yang tidak menggunakan media gambar,” cerita Nurdiana.