Salah satu pendekatan dalam jembatan bahasa adalah penggunaan permainan tradisional dalam proses pembelajaran. Permainan tradisional di sini adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak setempat dalam keseharian mereka. Khaerunnisa, salah satu fasilitator program INOVASI (fasda) yang juga guru di SDN SDIT Wihdathul Ummah di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, kerap mengajak anak muridnya belajar sambil bermain dengan permainan Mpa’a Gopa.
Menurut Khaerunnisa, permainan Mpa’a Gopa ini bisa dilakukan baik untuk memperkenalkan konsep pembelajaran atau juga untuk melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi dari para siswanya. Permainan ini sesungguhnya ditemukan juga di wilayah-wilayah lain di Indonesia dan cukup populer di kalangan anak-anak. Khaerunnisa pun mengembangkannya menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah.
Cara bermainnya cukup sederhana. Di setiap kotak yang digambar itu, Khaerunnisa menyediakan penggalan informasi dari materi pembelajaran di setiap kotak. Nantinya setiap siswa yang bermain akan memegang ‘Ince‘ atau batu gacoan untuk dilemparkan ke dalam kotak tertentu. Setelah Ince dilempar ke satu kotak tertentu, siswa yang bermain akan melompat juga ke kota itu dan membaca informasi yang tertera di sana. Mereka mesti melalui semua kotak secara berurutan mulai dari yang terdekat hingga yang terjauh dari posisi start.
Jika ada pemain yang melempar Ince ke kotak yang tidak seharusnya, maka permainan akan berganti ke pemain yang lain dan mereka akan melakukan hal yang sama. Seperti itulah permainan dimainkan di kelas Khaerunnisa.
Seusai permainan, Khaerunnisa akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ke para siswa tentang materi pembelajaran yang sudah mereka baca pada saat bermain tadi. Dalam memandu jalannya lomba, Khaerunnisa juga menggunakan pendekatan jembatan bahasa di mana ia menerjemahkan sejumlah istilah yang biasa digunakan dalam permainan ke bahasa Indonesia.
Model pembelajaran luar ruangan dengan permainan lokal ini menjadi salah satu favorit siswa Khaerunnisa. Apalagi ada unsur kompetisi antar kelompok siswa yang membuat anak-anak begitu bersemangat. Ini juga bisa mengurangi kejenuhan anak-anak terhadap proses belajar yang dilakukan secara konvensional di dalam ruangan.