Di masa pandemi COVID-19, ada berbagai kendala dalam kegiatan belajar mengajar yang dihadapi oleh para guru. Di Kalimantan Utara misalnya, Uring I,ing yang merupakan guru kelas 1 SDN 011 Teluk Sanggan Kecamatan Malinau Kota memiliki berbagai cerita dalam bagaimana ia mengatasi tantangan ini dan menghadirkan pembelajaran literasi bagi siswa dan anak-anak di lingkungannya.

Sebagai guru yang mengajar di kelas 1 SDN 011 Teluk Sanggan Kecamatan Malinau Kota, di tahun ajaran baru Uring mengajar siswa baru yang belum pernah ia temui. Situasi di awal pandemi kala itu pun membuat Uring hanya mengacu pada daftar nama saja tanpa tahu wajah sang siswa.

Untuk mengenal siswa barunya, Uring memulai dengan video perkenalan siswa yang dikirimkan orang tua atau wali siswa melalui handphone. Dalam melakukan pembelajaran jarak jauh, bahan belajar berupa lembar aktivitas siswa (LAS) juga ia kirimkan melalui aplikasi WhatsApp. Namun yang menjadi tantangan adalah tidak semua orang tua siswa memiliki handphone sehingga Uring kesulitan menghubungi para orang tua satu per satu. Grup WhatsApp pun tidak bisa dibuat karena hanya bisa diikuti sedikit orang tua saja.

Uring pun memutuskan untuk mengunjungi rumah siswa satu per satu bagi mereka yang orang tuanya tidak memiliki handphone. Kesempatan ini dia gunakan untuk mengenal orang tua dan siswa.

Para siswa yang baru duduk di kelas 1 jenjang sekolah dasar tentunya masih banyak yang belum terampil membaca. Sebagian besar siswa belum mampu mengenal huruf, dan baru melihat gambar huruf ketika duduk di bangku kelas 1. Selain itu, di awal tahun ajaran baru Uring juga pernah mengajar siswa yang belum lancar berbicara (speech delay). “Di sinilah tantangan saya yang paling berat. Saya sangat kesulitan dan bingung apa yang harus saya ajarkan untuk siswa yang belum lancar berbicara,” kenang Uring. Ia pun harus memutar otak bagaimana siswa istimewa ini mampu mengejar ketertinggalannya.

Saat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dimulai di tahun 2021, Uring menggunakan waktunya untuk membantu siswa mengejar ketertinggalan belajar. Saat PTMT, Uring mengenalkan huruf dan bunyi huruf menggunakan media kartu huruf dan kartu gambar. ”Saya latih terus menerus sampai siswa mengenal huruf-huruf tersebut. Kemudian saya lanjutkan membaca suku kata dan membaca kata. Kami menggunakan media gambar yang familiar dan kartu huruf,” katanya antusias menceritakan bagaimana dirinya mengajar siswa baru. Syukurlah saat ini sebagian besar siswanya sudah bisa membaca kata, bahkan ada yang sudah membaca lancar.

Uring terus berupaya membuat media pembelajaran di kelas sesuai kebutuhan untuk memudahkan dirinya mengajar dan memudahkan siswa memahami apa yang ia ajarkan.

“Terus terang saja, saya sangat kebingungan di awal pandemi. Saya tidak tahu harus mengajarkan materi apa di situasi darurat . Saya bersyukur karena Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Malinau memberi perhatian kepada kami. Guru-guru dilatih menjalankan pembelajaran di masa pandemi, menggunakan kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat), melakukan penilaian formatif, dan menjalankan program literasi,” cerita Uring.

Pelatihan dan pendampingan dilakukan melalui kelompok kerja guru (KKG) di tingkat sekolah. Fasilitator gugus (fasgus) memberikan pelatihan, setelahnya guru mempraktikkan materi pelatihan di kelas masing-masing. Dalam praktik ini guru tetap didampingi oleh fasgus.

“Pola pelatihan seperti ini bukan hal baru bagi kami di Malinau. Pada tahun 2019-2020, kami mendapatkan pelatihan literasi kelas awal dengan pola pelatihan dan pendampingan. Pelatihan tersebut dikembangkan Disdikbud Malinau bersama program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI). Materi dan pola itu pula yang kami manfaatkan dan pertajam untuk menyelenggarakan pembelajaran di masa pandemi,” jelasnya.

Inisiatif Taman Baca Masyarakat

Di awal pandemi, Uring melihat anak-anak di lingkungannya tidak memiliki kegiatan. Mereka lari ke sana sini, ada yang berkelahi, dan ada pula yang menangis. Hatinya terenyuh. Dirinya lalu mengajak anak-anak itu berkumpul di rumahnya dan membacakan buku cerita kepada mereka.

Mulanya Uring membacakan buku cerita digital dari aplikasi “Lets Read” menggunakan handphone. Lama kelamaan semakin banyak anak yang datang ke rumahnya. Hal ini karena anak-anak tersebut saling bercerita bahwa ada kegiatan membacakan buku cerita di rumah Uring. Mereka pun mengajak kawan-kawannya untuk ikut mendengarkan cerita di rumah Uring.

Karena semakin ramai, Uring tidak bisa lagi memakai handphone. Ia pun berinisiatif pinjam LCD milik sekolah. Gambar dari buku cerita yang mereka baca pun, jadi terlihat lebih besar.

Semakin lama semakin banyak anak yang datang, rumah Uring tidaklah cukup untuk menerima kehadiran anak-anak tersebut. Uring lalu mencoba memindahkan lokasi ke luar rumah, tapi hasilnya mengecewakan, gambar yang disorot melalui LCD tidak kelihatan.

Pengalaman itu mendorong Uring untuk membuka Taman Baca Masyarakat (TBM).

Atas bantuan pengurus Ikatan Keluarga Baca Malinau (IKBM), Uring pun mendapatkan pinjaman buku-buku cerita anak. Buku-buku ini sudah sesuai dengan standar buku anak, baik dari segi isi cerita maupun dari jumlah kalimat.

Pelaksanaan kegiatan TBM di rumah ia lakukan setiap hari Selasa dan Jumat. Ada banyak kegiatan mulai dari membaca mandiri, menyusun huruf, menggambar, membacakan cerita. Kadang Uring membuat permainan tebak-tebakan dan permainan tradisional lainnya. Selain itu Uring juga membantu siswa yang belum mengenal huruf dan siswa yang lamban membaca.

Ternyata kegiatan TBM itu mendapat respons baik dari orang tua dan aparat desa. Pada musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) tingkat rukun tetangga (RT), Uring mengusulkan agar kegiatan TBM dibiayai oleh desa, dan usulan ini langsung disetujui oleh warga.

Pandemi Covid-19 memang telah memberikan banyak tantangan, namun dengan kerja keras, komitmen, dan kreativitas, semua tantangan dapat dihadapi, seperti yang dialami oleh Uring.

Mengunjungi siswa yang tinggal di Desa Malinau Hulu dengan ketinting (perahu kayu kecil bermotor) milik orangtua siswa.

 

Media pembelajaran yang dibuat Uring untuk meningkatkan kemampuan literasi dasar siswa

 

Uring saat membacakan buku kepada anak-anak di TBM