Menurutnya, menggali potensi dan menemukan solusi pembelajaran adalah motivasi terbesarnya dalam mengikuti kegiatan INOVASI. Hal itu diaplikasikan dengan aktif mengikuti pelatihan dan pendampingan Program Rintisan Peningkatan Numerasi Dasar (PERMATA) di gugus satu Kecamatan Lopok pada tahun 2018 hingga awal tahun 2019.

“Saya banyak mendapat ilmu tentang cara mengajar, khususnya pelajaran matematika. Bersama INOVASI, wawasan kita semakin bertambah,” kata Siti Aisyah.

Selama mengajar numerasi, terutama di kelas 3, Siti menemukan masih ada siswa yang belum lancar membaca. Ada pula siswa yang belum paham makna kalimat sehingga terkadang mereka cukup lama untuk bisa memahami materi. Siti akhirnya memikirkan solusi untuk memecahkan tantangan tersebut. Menggunakan pendekatan solusi lokal untuk masalah lokal, dia membuat media “Kantong Bilangan” yang memudahkannya dalam mengajarkan numerasi pada siswa yang masih belum lancar membaca maupun siswa yang belum mengerti makna kalimat.

Kantong Bilangan ini terbuat dari kertas manila bekas dan dihiasi tempelan kertas berbentuk kantong persegi empat yang ditulisi: Ribuan, Ratusan, Puluhan, dan Satuan. Pada tiap-tiap kantong diletakkan stik es krim. Pada Kantong seribuan diletakan stik es krim sebanyak 4 buah. Lalu ikat dengan karet sehingga 4 buah stik yang sudah diikat menjadi satu disebut 1000. Cara yang sama juga dilakukan pada kantong seratusan. Letakan 3 buah stik es krim, lalu ikat dengan karet hingga menyatu dan disebut seratus.

Selanjutnya, pada kantong puluhan letakan 2 buah stik es krim, ikat juga dengan karet hingga menyatu dan disebut puluhan. Terakhir yaitu pada kantong satuan. Letakan satu buah stik dan dibaca satuan.

Siti menjelaskan cara-cara tersebut dengan menggunakan Kantong Bilangan. Misalnya, untuk menunjukkan nilai tempat pada bilangan 4325 maka pada kantong ribuan diisi dengan 4 ikat stik. Ini berarti dalam satu ikat ada 4 buah stik yang diperlukan sehingga untuk menunjukan bilangan 4000 maka terdapat 4 barisan/ikatan stik yang jumlahnya sebanyak 16 buah stik.

Kemudian pada kantong ratusan memuat 3 ikat stik sehingga untuk menunjukan bilangan 300 terdapat 3 ikatan/ barisan stik yang jumlahnya 9 buah stik. Selanjutnya, pada kantong puluhan terdapat 2 ikat stik yang artinya dibutuhkan 4 buah stik untuk menunjukkan nilai puluhan. Terakhir, kantong satuan berisikan 5 buah stik. Alhasil, dengan Kantong Bilangan ini siswa dapat memahami bahwa stik yang ada di dalam kantong tersebut menunjukkan angka 4325.

Lebih jauh, sambung Siti Aisyah, stik yang diletakkan dalam Kantong Bilangan membuat siswa cepat memahami nilai tempat masing-masing bilangan. Semua siswa dapat aktif belajar setelah menggunakan media pembelajaran. Siswa yang belum bisa membaca maupun belum mengerti makna kalimat, kini dapat lebih mudah memahami dan menjawab soal secara benar dengan memanfaatkan media Kantong Bilangan.

“Setiap hari tetap kita menggunakan media. Walaupun hanya dari kertas bekas, biji asam, kelereng, dan lain-lain, khususnya di pelajaran Matematika,” ucap Siti Aisyah.

Tak berhenti hanya sampai di situ. Guna meningkatkan semangat dan motivasi belajar siswa, ruangan kelas juga dihias dan dipajang berbagai macam media pembelajaran, di antaranya ada kantong bilangan untuk mengajarkan nilai tempat; ada gambar pecahan untuk mengajarkan pecahan; ada gambar berbagai macam bangun datar untuk mengajarkan bangun datar; ada kartu transparan yang diberi arsiran untuk mengajarkan penggabungan pecahan dan pengambilan pecahan; dan beberapa media lain, khususnya yang digunakan saat pendampingan dari INOVASI.

Siswa saya, alhamdulillah, mengalami perubahan. Mereka semakin gemar belajar matematika serta ada juga peningkatan nilai sebagai hasil dalam proses belajar mengajar,” ungkap Siti dengan antusias.

Teringat kenangan masa silam, perempuan kelahiran Sumbawa tanggal 20 Desember tahun 1967 ini menyadari orangtuanya tidak mampu untuk membiayai sekolahnya hingga ke bangku kuliah. Akhirnya Siti terpikir saja ingin menjadi guru. Dahulu, untuk menjadi guru hanya perlu masuk Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dengan waktu yang cukup singkat dan tidak perlu kuliah. Seiring berjalannya waktu, begitu tamat SPG, Siti mengikuti tes CPNS sebagai guru dan lulus sebagai guru SD. Sejak tahun 1989, Siti telah mengabdi sebagai guru SD.

Alhamdulillah, hingga sekarang saya mencintai profesi saya sebagai guru meski dahulu saya menjadi guru karena faktor ekonomi orangtua yang tidak mampu,” tutur Siti menambahkan.

Siti pertama kali mendapat SK mengajar pada Tahun 1989 dan telah mendedikasikan dirinya di beberapa sekolah hingga pada akhirnya mengajar di mengajar di SDN 2 Lopok sampai sekarang.

Di awal tahun 2000, pemerintah kemudian menerbitkan peraturan yang mewajibkan guru meningkatkan pendidikan. Siti kemudian menempuh pendidikan Diploma II di Universitas Terbuka lalu melanjutkannya ke jenjang Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar (S.Pd.SD.) di Universitas Terbuka pada tahun 2009.

“Harapan saya pribadi, kegiatan INOVASI ini dapat berlanjut agar semua teman-teman guru sampai kelas atas dapat mengikuti program. Kemampuan SDM guru dapat terus meningkat apalagi sekarang ini memasuki era industri 4.0,” kata Siti saat mengakhiri ceritanya.