Target kurikulum jelas tidak bisa terpenuhi. Dalam kondisi yang serba terbatas, para guru pun mulai selektif dalam memilih hal-hal yang akan diajarkan kepada siswanya. Di SDN 1 Jenggala, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, salah satu guru Eko Andrian, S.Pd SD memfokuskan materi pembelajarannya untuk meningkatkan pengetahuan anak didiknya kesehatan khususnya yg berkaitan dengan Covid-19 ini.


Pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia praktis membuat banyak aktivitas tidak bisa berjalan normal atau bahkan terhenti, termasuk di sekolah. Belum adanya pengetahuan yang cukup tentang virus ini membuat banyak pihak tidak mau mengambil resiko untuk melaksanakan kegiatan. Hal itu juga terjadi di SDN Jenggala 1, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan pembelajaran sempat dihentikan sama sekali untuk beberapa waktu.

Namun, seiring dengan semakin banyaknya informasi terkait bagaimana upaya pencegahan, sekolah tersebut memulai lagi aktivitasnya, dengan pendekatan berbeda dari biasanya dan mengacu pada protokol kesehatan yang ada.

“Waktu itu keadaan sudah mulai membaik di KLU, walau belum sepenuhnya pulih. Kami kemudian berkoordinasi dengan pihak terkait, baik dari Dinas maupun dengan pemerintah desa untuk mengadakan aktivitas pembelajaran di luar sekolah,” cerita Eko Andrian, S.Pd SD, seorang guru kelas 4 di SDN 1 Jenggala.

Otoritas pendidikan memang sudah memberikan alternatif model pembelajaran selama masa pandemi ini. Kegiatan pembelajaran boleh dilakukan secara daring dan luring, yang tentunya menyesuaikan dengan keadaan di masing-masing lokasi. Kondisi dan situasi para orang tua siswa di SDN 1 Jenggala sendiri tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara daring. Oleh karena itu, Eko dan rekan-rekan gurunya yang lain berinisiatif turun langsung menjumpai anak-anak muridnya.

Bersama-sama, mereka memetakan sebaran para siswa di tiap dusun yang ada di desa itu. Proses belajar mengajar kemudian dilakukan dalam kelompok kecil supaya bisa lebih efektif dan tetap mematuhi protokol yang ada. Dalam setiap kegiatan itu, mereka tidak putus berkoordinasi dengan aparat desa dan satuan tugas yang ada di desa setempat. Bagi anak-anak yang rumahnya jauh, Eko dan rekan-rekannya akan mengadakan kunjungan khusus.

Menurut Eko, selama masa pandemi ini, pembelajaran tidak mungkin lagi untuk disesuaikan dengan target kurikulum yang ada. Ia sendiri, dalam mengajar anak didiknya di kelas 4, lebih berfokus pada bagaimana membangun kesadaran dan memperkuat pengetahuan mereka terkait pendemi covid 19 ini dan juga soal kesehatan secara umum. Materi pembelajaran disesuaikan dengan konteks situasi yang tengah dihadapi saat ini.

“Ketika mengajar materi delapan yang bertema lingkungan, misalnya, saya memberikan siswa-siswa saya poin-poin tentang bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dan apa kaitannya antara lingkungan dan kesehatan manusia. Ketika kita tidak bisa mengajarkan mereka semua hal, kita harus bisa memilih mana kira-kira pengetahuan yang mereka butuhkan saat ini,” tutur Eko yang juga merupakan salah satu fasilitator daerah (Fasda) program literasi kelas awal INOVASI di Lombok Utara.

Pembelajaran yang dibuat kontekstual seperti ini memang memberi banyak hal positif. Selain membuat anak didik bisa lebih menjaga diri, mereka juga relatif lebih cepat paham tentang materi yang diberikan. Sebab selama ini, mereka juga terus terpapar dengan informasi itu selama berada di rumah.

Proses belajar mengajar pun berjalan dengan lebih hidup karena siswa bisa terlibat diskusi tentang topik-topik yang selama ini mereka dengar diperbincangkan baik itu di televisi maupun di lingkungan rumah.