Perjalanan Nurhani sebagai seorang guru bermula di tahun 1986. Selama 18 tahun ia bertugas di pedalaman Pesok, sebelum kemudian pindah ke Binai di tahun 2004. Cukup lama Nurhani mengajar di kelas awal, dengan segala tantangannya. Salah satu dari tantangan tersebut adalah mengajar agar anak bisa cepat membaca.

 

“Program literasi kelas awal dari INOVASI membantu kami membangun budaya membaca di kalangan siswa. Kami berusaha menumbuhkan kecintaan anak pada dunia literasi dengan membacakan cerita. Rupanya, cara ini berhasil membuat mereka rajin ke sekolah,” kata Nurhani.

 

Sekolah tempatnya mengajar merupakan sekolah cabang. Induk sekolah berada di SDN 008 Binai.

“Dahulu, sebelum jembatan dibangun, kami harus menempuh jarak 3 kilometer ke sekolah induk. Anak-anak juga harus menyeberang sungai kalau mau ke sana. Cukup berbahaya, karena mereka masih kecil-kecil. Itu sebabnya sekolah ini dibangun,” ceritanya.

SDN 008 Filial berada di tengah kebun sawit. Jadi, jangan heran jika kebanyakan dari murid-murid di sekolah adalah para pekerja kebun sawit. Tempat tinggal mereka tersebar dan cukup jauh. Kendala jarak ini sering membuat mereka tidak ‘turun’ ke sekolah. Turun merupakan istilah setempat untuk menyebut datang.

Perubahan pun mulai nampak sejak Nurhani membacakan cerita di kelas, karena anak-anak makin rajin turun ke sekolah. Kegiatan ini ia lakukan setiap hari dengan cara bervariasi agar mereka tidak bosan. Kalau biasanya mereka mendengarkan dari bangku masing-masing, di lain kesempatan seisi kelas akan duduk melantai bersama. Pokoknya, Nurhani berusaha membuat kegiatan membaca ini senyaman dan semenyenangkan mungkin.

Menurut Nurhani sangat penting untuk menjaga agar kegiatan ini berlangsung dengan menarik. Ia melakukannya melalui gerak tubuh, mimik wajah, dan bermain suara. Sesekali anak-anak pun ia ajak bertanya jawab. Melalui cara itu, ia bisa tahu apakah mereka mengikuti cerita atau tidak.

 

“Kami tidak punya banyak buku cerita di sini. Saya harus pintar-pintar membagi cadangan cerita yang ada agar bahannya cukup hingga akhir semester. Saya punya trik khusus untuk itu. Satu buku cerita, tidak saya bacakan sampai tuntas. Saya menyimpan sebagian cerita untuk esok hari. Rupanya cara ini tidak hanya berhasil untuk menghemat cerita, tapi juga membuat anak penasaran. Alhasil, keesokannya mereka akan datang lagi ke sekolah,” ungkap Nurhani.

 

Selain membacakan cerita, Nurhani pun juga mulai menerapkan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktivitas kerja kelompok, tanya jawab, dan presentasi sudah biasa ia lakukan. Selain itu, ia juga mengajar menggunakan media pembelajaran. Semua karya siswa dan produk pembelajaran pun ia pajang di sudut baca. Ruangan kelas yang terbuat dari papan kayu, di dalamnya banyak menyimpan hasil karya siswa.