Sensus Badan Pusat Statistik (2020) menunjukkan Generasi Z atau Gen Z adalah kelompok populasi terbesar (27,94%). Gen Z adalah mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012. Artinya, saat ini mereka tengah duduk di bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Generasi ini tumbuh bersama perkembangan teknologi.
Perkembangan ini menawarkan berbagai kemudahan dalam mengakses informasi, yang kemudian ikut membentuk pola pikir generasi tersebut. Untuk membentuk generasi unggul yang mampu menghadapi tantangan masa kini, sekolah memainkan peran yang penting. Guru-guru perlu mendapat penguatan kapasitas secara baik agar mampu memberikan penguatan karater anak yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan, Yehuda Malorung, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Barat dalam sambutannya pada pembukaan Lokakarya II Penguatan Pendidikan Karakter, pekan lalu di SD Negeri Dedekadu, Kabupaten Sumba Barat.
Lokakarya yang bertema “Membangun Karater, Membangun Bangsa” ini diselenggarakan oleh SAKB (Sekolah Abdi Kasih Bangsa). Kegiatan ini merupakan lokakarya kedua setelah lokakarya pertama pada 22-25 Juni 2021 di SD Masehi Waikabubak 1.
Lokakarya pertama diperuntukan bagi pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan komite, serta guru-guru dari 3 sekolah, yaitu SD Masehi Hupu Mada, SD Negeri Loko Ry, dan SD Masehi Waikabubak I. Lokakarya kedua diselenggarakan untuk guru-guru SD Negeri Dedekadu, SD Inpres Hoba Jangi, dan SD Negeri Weelalaka.
“Jika ingin ekonomi Indonesia maju, kita harus dapat memanfaatkan keadaan di mana angkatan kerja di Indonesia sedang banyak. Kita harus membekali anak-anak didik dengan segala sesuatu, karena merekalah yang akan menjadi angkatan kerja beberapa tahun ke depan. Penguatan pendidikan karater ini penting dilakukan untuk membekali anak-anak agar mampu bersaing, berinovasi, dan menciptakan lapangan kerja,” ungkap Pimpinan SAKB, Victoriani Inabuy dalam sesi pengenalan dan penyampaian tujuan pelatihan.
Setelah sesi pengenalan dan tujuan pelatihan, kegiatan dilanjutkan dengan materi membangun kelas positif, dan sesi manajemen kelas dalam membangun dan mempromosikan keterampilan abad 21.
“Hampir semua alur pelatihan sama dengan lokakarya pertama tetapi ada beberapa kegiatan tambahan yang tidak dilakukan dalam pelatihan pertama, seperti, kegiatan individu dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), sesi penilaian sikap dan RTL (Rencana Tindak Lanjut). Selain itu, melihat lokakarya pertama yang berjalan dua hari terkesan buru-buru, kami mendesain lokakarya kedua ini berlangsung selama 3 hari.
Setelah selesai lokakarya pertama, kami menganalisis hasil pre-test, post-test, hasil pendampingan yang dilakukan oleh fasda, dan hasil pemantauan. Kami mendesain kegiatan hari ini berdasarkan hasil analisis itu. Peserta lokakarya tidak saja melakukan kegiatan berkelompok dalam membuat RPP tetapi juga berkegiatan secara individu sehingga kemampuan perseorangan dapat terukur,” jelas Vica, sapaan akrab pimpinan SAKB ini.
Selain materi membangun kelas positif dan manajemen kelas, peserta lokakarya juga dibekali materi implementasi profil pelajar Pancasila, pembuatan RPP, dan penilaian sikap. Menurut Vica perlu adanya penilaian sikap agar guru-guru dapat menilai hasil implementasi pendidikan karakter dalam bentuk rubrik penilaian.
Vica berharap guru-guru peserta lokakarya dapat mengadopsi praktik-praktik baik yang didapatkan dalam pelatihan, misalnya kesepakatan kelas. Guru dapat menggunakan metode aktif yang melatih anak-anak didik untuk berpikir.
“Saat visitasi ke sekolah, saya menemukan peserta didik yang masih malu untuk menulis di papan. Mungkin karena tidak biasa diberikan kesempatan melakukan hal itu. Hal-hal yang membangkitkan rasa percaya diri bahwa semua anak berharga harus ditekankan. Kami berharap guru-guru memberi ruang terhadap hak anak untuk bersuara,” ungkap Vica.
Kegiatan penguatan pendidikan karakter ini didesain dalam beberapa tahapan yaitu, visitasi, lokakarya, pendampingan, pemantauan, pemagangan, dan evaluasi. SAKB telah melakukan pemantauan ke guru-guru dari 3 sekolah yang mengikuti lokakarya pertama pada 22-25 Juni 2021.
Menurut Vica, hasil pemantauan menunjukkan bahwa penguatan pendidikan karakter ini tidak bisa berhenti pada lokakarya saja tetapi juga masih dibutuhkan pendampingan lanjutan. Pendampingan dari SAKB dapat dilakukan melalui konsultasi-konsultasi di grup obrolan aplikasi Whatsapp, dan jika kebetulan sedang berada di Sumba, tim SAKB tidak keberatan mendatangi atau didatangi guru-guru yang membutuhkan bantuan.
Lokakarya ini merupakan bagian dari program Penguatan Pendidikan Karakter yang menyasar 6 SD di Sumba Barat yang diselenggarakan oleh SAKB bekerja sama dengan INOVASI. INOVASI menyediakan modul pelatihan yang disempurnakan oleh SAKB dengan menyediakan video-video pembelajaran dan menambahkan beberapa materi dalam modul.
“Kami berharap fasda (fasilitator daerah), yang juga merupakan pengawas dapat membawa informasi ini ke sekolah-sekolah yang lain, dan juga berharap 6 sekolah ini dapat menjadi pelatih bagi sekolah lain, agar pendidikan karakter ini merata,” pungkas Vica.