Anak Indonesia tengah berperang melawan musuh tak kasat mata. Rumah mereka, negara kepulauan terbesar di dunia, menghadapi krisis pencemaran plastik yang semakin parah. Mikroplastik —partikel kecil dari sampah plastik—sudah ditemukan di air, tanah, udara, hingga makanan. Tidak hanya merusak lingkungan, mikroplastik juga mengancam kesehatan, terutama anak-anak. Bahan kimia berbahaya dalam mikroplastik dapat mengganggu perkembangan kognitif dan konsentrasi, menyebabkan anak menjadi cepat lelah dan prestasi akademik menurun.

Sekolah Sebagai Agen Perubahan

Sebagai pusat pendidikan dan komunitas, sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran akan bahaya mikroplastik. Selain mendidik siswa, sekolah juga dapat menjadi teladan dalam menerapkan praktik berkelanjutan. Di Sidoarjo, Jawa Timur, lokasi program INOVASI bekerja – dua sekolah yaitu MIN 1 Sidoarjo dan SDIT El-Haq telah membuktikan bagaimana sekolah bisa menjadi garda terdepan dalam mengatasi ancaman ini.

Pada 13 Desember 2024, siswa, guru, dan staf kantin di MIN 1 Sidoarjo mengikuti lokakarya interaktif tentang bahaya mikroplastik. Kegiatan ini diselenggarakan bersama Ecoton Foundation, sebuah lembaga pemerhati lingkungan, yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengamati kandungan mikroplastik dalam air kemasan melalui mikroskop. Penemuan mikroplastik dalam air mengejutkan banyak siswa, termasuk Kautsar, siswa kelas 6. “Mulai sekarang saya bawa air minum dari rumah saja, pakai tumbler,” ujarnya.

Kegiatan ini juga memberikan wawasan baru bagi staf kantin. Nur Munfa’ati, salah satu penjaja makanan di kantin, mengaku sangat bersyukur bisa ikut serta. “Kegiatan ini menunjukkan bukti nyata kenapa plastik itu berbahaya, bukan hanya sekadar aturan. Saya jadi paham dampak jangka panjangnya bagi kesehatan anak-anak,” ungkapnya.

Lokakarya ini merupakan tindak lanjut dari partisipasi MIN 1 Sidoarjo dalam sebuah lokakarya terkait Keseteraan Gender, Disabilitas, Inluksi Sosial, dan Perubahan Iklim yang diadakan INOVASI – program kemitraan Australia-Indonesia – di awal bulan Desember lalu. Kepala Sekolah, Sri Utami, juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. “Kebijakan larangan penggunaan plastik di kantin sebenarnya sudah lama diterapkan. Tapi banyak yang masih bertanya-tanya kenapa plastik itu berbahaya. Melalui kegiatan ini, semua pertanyaan terjawab,” jelas Sri Utami.

SDIT El-Haq di Sidoarjo juga bekerja sama dengan Ecoton Foundation untuk memberikan edukasi tentang bahaya mikroplastik kepada 600 siswanya. Pada 9 Desember 2024, siswa mempelajari bagaimana mikroplastik terbentuk, mencemari air dan makanan, serta dampaknya terhadap kesehatan manusia, seperti gangguan pada sistem hormon dan pencernaan.Lutfi Andriansa, Kepala SDIT El-Haq, menekankan pentingnya menanamkan kesadaran diri terhadap pelestarian lingkungan sejak dini. “Kami berharap kegiatan ini bisa menginspirasi siswa untuk ikut menjaga lingkungan. Mereka adalah pemimpin masa depan yang akan membawa perubahan besar,” katanya.

Kolaborasi antara sekolah dan organisasi lingkungan sangat penting untuk memerangi polusi plastik. “Kita bekerja dalam ekosistem pendidikan itu tidak sendirian. Salah satu peran INOVASI adalah untuk menghubungkan sekolah, organisasi, individu, dan sumber daya serta memfasilitasi kemitraan yang mengarah pada lingkungan belajar yang sehat dan aman, serta berkelanjutan untuk anak Indonesia,” kata Adri Budi, Manajer Provinsi Jawa Timur untuk program INOVASI.

MIN 1 Sidoarjo dan SDIT El-Haq menunjukkan bahwa sekolah bisa menjadi agen perubahan. Beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan adalah melarang penggunaan plastik sekali pakai di kantin, mendorong siswa untuk membawa tumbler dan kotak makan sendiri, serta melibatkan orang tua dan guru dalam inisiatif lingkungan. Kegiatan lokakarya seperti yang dilakukan bersama Ecoton Foundation juga efektif untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong aksi nyata.

Selain itu, pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kurikulum sekolah dapat memberikan dampak jangka panjang. Mengajarkan siswa tentang siklus hidup plastik dan dampaknya terhadap kesehatan serta lingkungan dapat membentuk kebiasaan berkelanjutan sejak usia dini.

Seruan untuk Bertindak

Pencemaran mikroplastik hanyalah salah satu dari sekian banyak ancaman lingkungan yang memerlukan perhatian serius. INOVASI, sebuah program pendidikan, saat ini tengah mengembangkan bahan bacaan non-teks untuk anak-anak guna meningkatkan kesadaran tentang isu krisis iklim dan mendorong praktik berkelanjutan.

“Anak-anak yang sehat membutuhkan lingkungan yang sehat. Melindungi masa depan kita berarti mengambil tindakan hari ini,” pungkas Prigi Arisandi selaku Pendiri sekaligus Direktur Ecoton Foundation. Melalui upaya sekolah, masyarakat, dan organisasi seperti INOVASI, kita dapat bersama-sama mengurangi polusi mikroplastik dan memastikan bahwa para siswa dapat berkembang.