
Ditulis oleh: Dian Kusuma Dewi
Di ruang kelas yang tenang di Sidoarjo, Ponorogo, dan Gresik di Jawa Timur, sedang terjadi revolusi kecil yang penuh makna. Anak-anak seperti Maya, berusia 10 tahun dan bercita-cita menjadi insinyur, yang sebelumnya kesulitan ketika berhadapan dengan soal matematika kini mampu menyelesaikan tantangan tersebut dengan penuh percaya diri. Transformasi ini terjadi berkat program numerasi inovatif yang digagas oleh INOVASI, program kerja sama pemerintah Indonesia and Australia, yang bekerja sama dengan Muhammadiyah dan LP Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU).
Tantangan dalam pendidikan matematika di Indonesia telah menjadi perhatian serius. Hasil PISA 2022 menempatkan Indonesia di peringkat ke-69 dari 81 negara, dengan skor rata-rata hanya 366, jauh di bawah rata-rata OECD. Data ini menunjukkan betapa mendesaknya upaya peningkatan kemampuan dasar sejak dini.
Merespons kondisi tersebut, INOVASI meluncurkan inisiatif pada tahun 2018 untuk meningkatkan mutu pendidikan literasi dan numerasi di sekolah dasar (SD) serta madrasah ibtidaiyah (MI). Memasuki fase kedua pada akhir 2020, program ini telah merambah enam wilayah di Jawa Timur – Surabaya, Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Malang, dan Ponorogo. Khususnya, komponen numerasi ditargetkan di Sidoarjo, Gresik, dan Ponorogo melalui pelibatan sembilan SD dan sembilan MI di setiap kabupaten. Dukungan dari jaringan nasional Muhammadiyah dan Ma’arif NU memastikan keberlanjutan inisiatif ini.
Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah pemberdayaan guru. Sebanyak 119 guru dari sekolah-sekolah Muhammadiyah telah mengikuti pelatihan khusus literasi dan numerasi, di mana 101 di antaranya adalah guru perempuan. Pelatihan ini telah mengubah cara mengajar yang semula hanya mengandalkan buku paket menjadi metode yang lebih interaktif dan menarik.
Sonah, Kepala SD Muhammadiyah 3 Ikrom Sidoarjo, menyatakan, “Hasil yang paling menyolok dari pelatihan dan pendampingan numerasi adalah cara guru mengajar yang kini lebih inovatif. Guru mulai menggunakan media pembelajaran yang menarik, sehingga matematika tidak lagi terlihat sebagai mata pelajaran yang menakutkan.” Di sekolahnya, tingkat pencapaian numerasi mencapai 90% pada rapor pendidikan tahun 2023, meningkat menjadi 100% pada 2024, menunjukkan bahwa siswa di sekolahnya telah memenuhi standar kompetensi minimal.
Di sekolah Sonah, para peserta didik perempuan tidak hanya memimpin kegiatan ekstrakurikuler di bidang matematika, sains, menjadi dokter cilik, dan kreator muda, tetapi juga mencerminkan kekuatan dan tekad para perempuan yang membimbing mereka. Para pemimpin ini—baik di antara siswa maupun staf pengajar—telah mengatasi hambatan pendidikan dengan menerapkan metode inovatif yang mendorong pemikiran kreatif. Hasil spot check yang dilakukan oleh INOVASI pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa 92% guru di sekolah mitra Muhammadiyah kini menggunakan benda konkret dalam pengajaran, sementara 67% mengintegrasikan soal cerita untuk memperdalam pemahaman konsep numerasi siswa.
“Selama bertahun-tahun, saya mengajar langsung dari buku teks,” kenang Lizana Nadya, seorang guru di SD Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo, Jawa Timur. “Sebelum pelatihan literasi dan numerasi, pelajaran saya masih dasar dan kurang kreatif. Namun, pelatihan dari INOVASI ini membuka mata saya terhadap media pembelajaran baru yang membuat pembelajaran lebih menarik. Saya menyadari bahwa siswa lebih cepat memahami konsep ketika saya menggunakan alat bantu visual daripada hanya penjelasan verbal. Dalam numerasi, misalnya, dulu siswa sering mengandalkan hitungan jari; sekarang, dengan media baru, mereka jauh lebih mudah memahami konsepnya.” Pengalaman Lizana menegaskan betapa pentingnya pelatihan inovatif dalam mengatasi hambatan lama dan membuka jalan bagi pembelajaran yang transformatif.
Di Gresik, Cicik Indrawati, Kepala Sekolah SD Al Islam Muhammadiyah Gresik, memiliki pandangan serupa: “Program numerasi disambut dengan sangat antusias. Kami sepenuhnya mendukung inisiatif ini yang dikembangkan bersama INOVASI. Guru-guru kami mulai menciptakan metode dan media pembelajaran inovatif, membuat kelas lebih menarik dan menyenangkan. Kami berkomitmen memastikan bahwa praktik literasi dan numerasi ini tidak hanya diterapkan di kelas bawah, tetapi di seluruh jenjang pendidikan.” Kepemimpinan dan komitmen teguh Cicik Indrawati tidak hanya menunjukkan keberhasilan dalam mengatasi tantangan sistemik, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya kemampuan beradaptasi dan inovasi yang kini menginspirasi generasi pembelajar berikutnya.
Kepemimpinan dan komitmen tanpa henti dari Sonah, Lizana, dan Cicik tidak hanya menyoroti keberhasilan mereka dalam mengatasi tantangan sistemik, tetapi juga menekankan peran luar biasa yang dimainkan oleh perempuan dalam membangun masa depan. Dalam semangat merayakan Hari Perempuan Internasional, adaptabilitas dan inovasi mereka menjadi pengingat yang kuat bahwa kepemimpinan perempuan dapat menghancurkan hambatan dan membuka jalan untuk masyarakat yang lebih inklusif dan setara. Melalui pengalaman mereka, mereka menunjukkan bahwa perempuan dapat memimpin dengan kekuatan, ketangguhan, dan visi, serta menginspirasi generasi pemimpin perempuan berikutnya untuk bangkit, berkembang, dan memberikan dampak yang bermakna.
Bagi anak perempuan seperti Maya dan teman-temannya, inisiatif INOVASI bukan sekadar program pendidikan, melainkan jembatan menuju impian mereka. Saat Maya menatap jembatan dan gedung pencakar langit yang pernah menginspirasi mimpinya, ia kini melihat masa depan dengan penuh harapan. Dengan keterampilan numerasi yang semakin terasah dan dukungan yang tepat, Maya yakin suatu hari nanti ia akan mampu merancang bangunan megah yang menjadi simbol kemajuan.
Pendidikan numerasi sebagai bekal pembelajaran dalam bidang Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Matematika (STEM), memiliki kekuatan transformatif bagi kehidupan Maya. Akses terhadap pendidikan berkualitas tidak hanya membuka peluang bagi anak perempuan untuk berkarier di bidang yang selama ini didominasi laki-laki, tetapi juga menjadi kunci untuk memutus rantai kemiskinan dan mendorong kesetaraan gender di masa depan.
Kemitraan antara INOVASI, Muhammadiyah, dan LP Ma’arif NU membuktikan bahwa ketika pendidik, komunitas, dan pembuat kebijakan bersinergi, perubahan nyata dapat terwujud; satu demi satu. Dengan memberdayakan perempuan melalui pendidikan, kita tidak hanya membangun masa depan yang lebih adil, tetapi juga menciptakan dunia yang lebih maju dan inklusif bagi semua.