Hilda Hanifah, S.Pd adalah guru yang mengajar di kelas 3 SD Muhammadiyah 1 Jember. Salah satu tantangan yang dihadapi di kelasnya adalah kemampuan menulis siswa yang beragam. Sebagian besar sudah mampu menulis kata dan kalimat dengan benar, tetapi ada pula beberapa anak yang masih belum bisa menulis kalimat dengan benar bahkan ketika diminta menulis kata juga masih kurang tepat.
Ia pun mencoba untuk fokus membantu siswa-siswanya yang belum bisa menuliskan kata dengan tepat. Secara umum siswa tersebut bisa menulis, tetapi pada kata-kata tertentu ada saja kesalahan pada huruf, atau kadang kurang huruf. Sehingga ketika ia memeriksa pekerjaan siswa, ia kerap mengalami kesulitan memahami maksud tulisan siswa tersebut.
Seringkali Hilda harus memanggil siswa itu untuk membacakan tulisannya di hadapannya, agar tidak salah dalam mengoreksi. Ternyata setelah diminta untuk membaca, siswa tersebut rupanya memiliki masalah dalam melafalkan beberapa huruf sehingga mereka tidak bisa mengucapkan suatu kata atau kalimat secara jelas (cadel). Siswa tersebut mampu menyebutkan sesuai kunci jawaban, namun penulisan katanya kurang tepat. Hilda menyadari, jika guru tidak bertanya dulu maka jawaban yang maksudnya benar akan menjadi salah karena penulisannya salah.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Hilda pun berupaya mencari solusi. Ia gunakan media huruf tutup botol dalam kegiatan pembelajaran.
“Media ini saya ketahui ketika mengikuti pelatihan dan pendampingan program literasi kelas awal bersama INOVASI. Alasan saya menggunakan media ini yaitu bahan yang dibutuhkan mudah didapat, menarik dan sesuai dengan permasalahan yang saya alami, yaitu tentang pengenalan huruf, merangkai huruf dan melafalkan kata,” jelas Hilda.
Pada pembelajaran selanjutnya di kelas, ketika memeriksa pekerjaan siswa tersebut, Hilda menemukan kata yang salah penulisannya. Seharus tertulis ‘wortel’ namun siswanya tersebut menulis ‘wertel’. Ia pun bertanya apakah bacaan dari kata ini (wertel, red)? Ternyata siswa itu membuyikannya ‘weltel’ (cadel).
Hilda pun memanggil anak tersebut. Ia mengeluarkan huruf tutup botol yang sudah dibuatnya, kemudian meminta siswanya merangkai huruf yang penulisannya salah tadi. Siswa itu kemudian mengambil huruf dan merangkainya, ternyata rangkaian huruf tersebut masih salah. Ejaannya sama dengan yang ditulis sebelumnya.
Tak berhenti berusaha, Hilda pun meminta sang siswa menirukan serta melafalkan huruf. Ia tekankan kembali perbedaan bunyi hurufnya, terutama untuk huruf yang sering salah. Setelah itu, ia meminta siswa tersebut membetulkan kembali kata yang dirangkai tadi. Akhirnya, siswa tersebut bisa merangkai dengan benar kata itu, membacanya dan mengkoreksi tulisannya.
Untuk lebih meyakinkan lagi, ia minta untuk menyusun kata yang lainnya. Sesekali masih ragu dan bingung, namun setelah ditekankan kembali cara pengucapannya, siswa tersebut akhirnya mampu merangkai kata dengan benar. Artinya dengan penggunaan media pembelajaran ini mempu membawa perubahan positif pada siswa yang memiliki kebutuhan khusus, misalnya siswa yang cadel tadi. Siswa pun jadi memahami bagaimana rangkaian huruf yang benar dalam menuliskan suatu kata.
Penggunaan media huruf tutup botol ini menurut Hilda tidak bisa hanya dilakukan sekali, perlu beberapa kali hingga anak paham benar dengan pelafalan huruf. Walaupun siswa tersebut mengucapkannya dengana cadel tetapi paling tidak dalam penulisannya sudah benar. Setelah paham dengan kata, tutup botol ini bisa dikembangkan lagi untuk merangkai kata dan membuat kalimat.
Hilda pun sangat berterima kasih atas ilmu yang diberikan dan ide-ide kreatif dalam pembelajaran di kelas yang telah ia peroleh melalui pelatihan dan pendampingan program INOVASI, yang sangat membantunya dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswanya.