Sukapura merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Gunung Bromo dan sebagian besar dihuni oleh masyarakat Suku Tengger. Suku yang unik ini memiliki banyak upacara adat yang sangat diminati para wisatawan sehingga memungkinkan para siswa sering tidak masuk sekolah.

Pada sesi diskusi INOVASI yang mengumpulkan perwakilan orang tua siswa, pihak sekolah, dan para tokoh masyarakat, pembahasan yang berlangsung ternyat sangat membantu semua pihak dalam memahami aktivitas/kegiatan di masyarakat terutama kegiatan kebudayaan yang sering membuat anak tidak bersekolah.

Walaupun secara umum para peserta setuju untuk tidak mengurangi hak anak untuk bersekolah, melalui kegiatan ini ditemukan sebuah permasalahan yaitu bahwa orang tua selama ini menyerahkan tugas mendidik sepenuhnya kepada sekolah.

Orang tua mengakui memang jarang menemani anak belajar di rumah dengan alasan sibuk bekerja di ladang dan ada juga yang belum sepenuhnya memahami bagaimana seharusnya mendampingi anak belajar di rumah. Hal inilah yang coba diluruskan, bahwa membimbing anak adalah tugas orangtua dan sekolah.

Diskusi semakin menarik pada sesi menggali dan memetakan tantangan pendidikan yang dihadapi selama ini di Kecamatan Sukapura. Perwakilan orang tua dan sekolah pun bersama-sama berupaya mencari solusinya yang memang sesuai dengan konteks di daerah mereka.

Orang tua diminta untuk memberikan informasi mengenai kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh ibu, bapak, anak perempuan, dan anak laki-laki sesuai dengan rentang waktu yang telah ditentukan (pagi, siang, sore dan malam). Orang tua juga diminta mendiskusikan kegiatan bulanan rutin yang biasa dilakukan oleh ibu, bapak, anak perempuan dan anak laki-laki, termasuk diantaranya kegiatan keagamaan atau adat.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan jenis kegiatan yang dilakukan oleh ibu, bapak, anak perempuan dan anak laki-laki, baik harian maupun bulanan.

Dari kegiatan ini orang tua baru menyadari bahwa peran anak laki-laki maupun anak perempuan harusnya seimbang. Misalnya, jam bermain anak laki-laki dan perempuan seharusnya sama, namun kenyataannya jam bermain anak laki-laki lebih banyak dari jam bermain perempuan.

Di akhir kegiatan lokakarya, sejumlah kesepakatan pun terjalin antara sekolah dan masyarakat, di antaranya:

Orang tua sepakat agar saat melibatkan anak dalam upacara adat, diusahakan akan dipilih saat libur sekolah atau seusai jam belajar di sekolah.

Orang tua juga akan membatasi kebiasaan anak yang suka menonton kuda lumping sampai larut malam. Anak akan diminta untuk cepat pulang ke rumah dan mengerjakan tugas/pekerjaan rumah sehingga tidak ada lagi anak yang tidak masuk sekolah karena belum mengerjakan PR.

Anak-anak yang sering bermain di luar hingga sering kehujanan dan membuat mereka sering sakit, akan mulai dibatasi untuk menjaga kondisi anak.

Orang tua juga akan berusaha memberikan makanan yang sehat dan cukup kepada anak saat mereka ke sekolah, misalnya dengan sarapan pagi atau membawa bekal dari rumah, sehingga anak tidak jajan sembarangan di sekolah.

Menurut fasilitator program INOVASI, Anwar Sutranggono, hasil dari kegiatan ini sangat bermanfaat untuk membuka wawasan orangtua di wilayah Tengger.

Semoga upaya ini bisa menjadi contoh baik kerja sama orang tua dan sekolah demi meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak mereka!