Masa belajar dari rumah yang berkepanjangan selama pandemi COVID-19 dapat menyebabkan hilangnya capaian belajar atau learning loss pada siswa. Pengawasan aktif orang tua telah menjadi kebutuhan dalam memantau perkembangan pembelajaran anak-anak mereka ketika mereka belajar dari rumah. Peran mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan anak yang didukung oleh guru dan sekolah. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama.
Mengadopsi peran baru ini bukanlah tugas yang mudah bagi banyak orang tua. Di Sumba, Nusa Tenggara Timur, umumnya orang tua tidak terbiasa mendampingi anaknya belajar selepas sekolah. Anak-anak di sana pun tidak terbiasa belajar didampingi orang tua.
Menurut Rosfina Mendes, orang tua dari siswa yang duduk di kelas 3, SD Katolik Waimamongu, Kabupaten Sumba Tengah, sejak pandemi, alasan orang tua jarang mendampingi anaknya belajar bukan semata karena mereka melepaskan seluruh tanggung jawab pendidikan kepada sekolah. Tetapi lebih karena memang tidak memiliki cukup waktu untuk melakukannya. “Saya hanya bisa di malam hari karena harus kerja di siang hari,” katanya. Sebagai ibu rumah tangga, dirinya memiliki pekerjaan harian di rumah dan bekerja bersama suaminya di ladang sebagai petani. Namun sejak pandemi COVID-19 melanda, ia meluangkan waktu hingga 1.5 jam di malam hari untuk membantu anaknya yang duduk di kelas tiga menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Sebagai lulusan SMP, ia memahami kapasitasnya tidak dapat disamakan dengan orang tua lulusan perguruan tinggi. “Tapi saya tetap berusaha agar anak saya memahami materi pelajaran. Saat mengerjakan tugas, saya tidak langsung memberi jawaban tapi memberi contoh dan mengarahkan sehingga ia temukan jawabannya sendiri,” ungkapnya. Ia juga memanfaatkan internet untuk mencari jawaban soal-soal yang tidak diketahuinya.
Namun demikian, ia mengakui bahwa pendampingan yang dilakukannya hanya berfokus pada bagaimana agar tugas yang diberikan guru bisa selesai. “Tugas diberikan kepada siswa dari buku teks yang tersedia. Kemudian, para siswa ditugaskan untuk membaca dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Jadi, saya hanya bantu anak saya agar dia bisa menjawab soal-soal yang ada. Saya tidak bisa kasih materi lain atau tambahan. Namanya juga orang tua toh beda dengan guru,” kata Rosfina.
Pada Agustus 2020 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mengumumkan Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 mengenai kurikulum khusus untuk digunakan selama belajar dari rumah karena pandemi COVID-19. Kurikulum berfokus pada kompetensi dasar. Saat mengumumkan kurikulum baru, modul untuk guru, orang tua, dan siswa tersedia di situs web kementerian bagi siapa saja untuk diunduh. Bagi orang tua terutama, modul adalah sumber daya berharga yang dapat membantu mereka mendampingi anak-anak mereka dalam belajar lebih baik.
Untuk mendukung akses yang lebih baik ke modul-modul ini, terutama setelah melihat tantangan seperti yang dihadapi oleh Ibu Rosfina, sepanjang Mei dan Juni 2021, INOVASI telah mendistribusikan sekitar 167.000 modul literasi dan numerasi kepada orang tua dalam bentuk cetak. Modul orang tua ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan orang tua dalam membantu anak-anak mereka dalam belajar dari rumah. Selain modul orang tua, sebanyak 1.400 modul guru dan siswa juga didistribusikan ke sekolah mitra INOVASI dan beberapa sekolah non mitra di empat kabupaten Pulau Sumba dan Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores.
Sosialisasi modul orang tua di sekolah
Rosfina mengaku kehadiran modul Kurikulum Khusus untuk orang tua membuat pendampingan anak di rumah menjadi lebih mudah. “Lebih mudah karena di dalamnya sudah diatur sedemikian rupa sehingga mudah diikuti,” jelasnya.
Monica Anitya D., orang tua siswa kelas 1 di SD Negeri Waihibur, Kabupaten Sumba Tengah, juga berpandangan senada. Menurutnya, modul Kurikulum Khusus untuk orang tua menarik karena merupakan hal yang baru. “Menarik sekali ya karena baru kali ini ada modul pendampingan pembelajaran yang disediakan khusus untuk orang tua. Gambar-gambarnya bagus. Begitu juga dengan cerita-cerita yang ada di dalamnya,” ungkapnya.
SD Negeri Waihibur dan SD Katolik Waimamongu adalah dua di antara delapan sekolah yang menjadi sasaran implementasi modul Kurikulum Khusus di Kabupaten Sumba Tengah. Orang tua di kedelapan sekolah tersebut sudah menerima modul orang tua yang digunakan untuk membimbing anak mereka dalam menggunakan modul siswa. Mereka juga sudah menerima penjelasan mengenai cara pemanfaatan modul tersebut melalui seminar singkat yang diadakan di masing-masing sekolah.
Beberapa orang tua masih memiliki tantangan dalam menggunakan modul karena tingkat kemampuan literasi yang tergolong rendah. Tetangga yang dapat membaca sering diminta untuk membantu pembelajaran anak-anak mereka. Ini adalah kenyataan lain di lapangan yang menunjukkan bahwa pendidikan anak-anak membutuhkan kolaborasi dan dukungan semua pihak, terutama di masa sulit pandemi ini.
Program INOVASI dilaksanakan di empat provinsi di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Distribusi modul yang dirancang khusus untuk orang tua adalah salah satu upaya masif untuk menghadapi tantangan dalam pendidikan, dalam hal ini, kehilangan capaian belajar karena pandemi. Praktik lain seperti memberikan dukungan kepada guru dan melakukan penilaian terus dilaksanakan untuk membantu anak-anak terhindar dari kemunduran akademik.