Guru adalah profesi yang sangat didambakan oleh sebagian besar siswa ketika ditanya tentang cita-cita mereka saat besar nanti. Hal ini menjadikan kebanggaan tersendiri bagi Mismiati, S.Pd, Guru Kelas 3 SDN Junrejo 02 Kota Batu, yang dalam dua tahun terakhir dipercaya sebagai guru Kelas 3. Sebelumnya ia merupakan guru pembimbing yang mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan dari situ akhirnya ia mendapat banyak pengalaman berharga. Dalam waktu hampir dua tahun ini ia berusaha mengenali dan memahami berbagai karakter siswa kelas 3.

Menurut Mismiati, setiap siswa adalah unik dan masing-masing siswa memiliki kecepatan yang berbeda dalam memahami penjelasan guru. Ini merupakan tantangan yang harus ia hadapi. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik. Salah satunya adalah melakukan kegiatan secara langsung di mana siswa bertindak sebagai pelaku yang benar-benar mengalami apa yang dipelajari. Dengan praktik secara langsung, mereka bisa melihat, mendengar, dan merasakan sendiri apa yang dipelajari serta mengerti tujuan belajar yang diharapkan. Hasil yang diperoleh pun menurut Mismiati rata-rata lebih baik daripada pembelajaran yang hanya berupa teori yang disampaikan dengan ceramah.

Dengan metode ini, semua siswa diharapkan bisa menunjukkan sikap kerja sama yang baik dan terjalin kekompakan dalam bekerja sama. Di kelas, Mismiati menerapkan kelompok-kelompok gabungan siswa reguler dan siswa ABK – Dulu, ia mengelompokkan siswa ABK dalam kelompok tersendiri. Dengan media belajar Gambar Aktivitas Sosial siswa bisa lebih memahami maksud dari materi yang dipelajari, termasuk siswa ABK, dan kerja kolaborasi pun terjadi.

Memanfaatkan Gambar Aktivitas Sosial dalam Pembelajaran

Pengaturan strategi belajar untuk ABK dan siswa regular harus dirancang agar dapat berjalan dengan efektif dan menyenangkan. Salah satu cara yang dirasa cocok dilakukan di kelas Mismiati adalah model ‘tutor teman sebaya’ di mana siswa belajar melalui kelompok-kelompok kecil.

Sebanyak 31 siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing beranggotakan 5 atau 6 siswa, termasuk siswa ABK. Dalam satu kelompok terdapat pembagian tugas misalnya lain juru logistik (bertugas sebagai pengambil gambar dan membagikan gambar), juru bicara (bertugas menyampaikan hasil cerita) dan juru waktu (bertugas mengingatkan waktu yang diberikan oleh guru).

Langkah-langkah yang Mismiati lakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan media kartu bergambar jenis-jenis kerja sama di beberapa lingkungan adalah sebagai berikut :

  1. Menyediakan kotak yang berisi macam-macam gambar tentang kerjasama di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
  2. Memberikan tugas juru logistik untuk mengambil gambar. Memberikan waktu siswa untuk mengamati gambar. Mereka saling berbagi cerita tentang hasil pengamatannya. Siswa melakukan tanya jawab tentang gambar yang ada dalam kelompoknya.
  3. Menyiapkan tiga karton besar yang berbeda warna untuk masing-masing jenis kerja sama agar siswa lebih mudah membedakan jenis-jenis kerja sama. Siswa mengelompokkan gambar dengan menempelkan sesuai jenis kerja sama di lingkungan masing-masing.
  4. Bersama siswa membahas hasil yang sudah ditempel di papan tulis. Lembar kerja siswa disediakan untuk menuliskan pengalaman yang sama dengan gambar. Siswa menuliskan pengalaman pada lembar kerja yang sudah disediakan.

Dari langkah-langkah tersebut, Mismiati dapat melakukan proses pembelajaran langkah pertama, yaitu setiap kelompok diberi tugas mengambil satu gambar secara bebas pada kotak yang tersedia. Gambar yang diambil kemungkinan sama atau berbeda dengan kelompok lain. Setelah mendapatkan gambar, ia pun memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mengamati gambar tersebut dan memberikan waktu lima menit untuk menceritakan gambar tersebut secara bergantian dalam satu kelompok.

Selanjutnya juru logistik dari masing-masing kelompok akan diminta untuk memasukkan lagi gambar yang sebelumya diambil pada kotak. Kemudian gambar-gambar yang ada pada kotak tersebut Mismiati letakkan di meja. Ia pun meminta juru logistik lagi untuk mengambil tiga gambar yang masing-masing dengan jenis lingkungan yang berbeda.

Siswa kemudian diminta untuk mengamati dan mendiskusikan ketiga gambar tersebut kemudian diberi waktu 10 menit untuk menceritakan hasil pengamatan. Masing-masing kelompok akan diberi kesempatan untuk saling menukar gambar pada kelompok lain, dan siswa kembali menceritakan tentang perbedaan dari ketiga gambar tersebut.

Di sini Mismiati melihat antusias anak-anak dalam menyampaikan cerita dan pendapat mereka setelah mengamati gambar yang telah disediakan. Begitu pula siswa ABK, mereka dapat menyampaikan cerita dan pendapat mereka dengan bahasa yang sederhana. Ia lalu menyediakan dan menempelkan tiga kertas karton yang berbeda warna di papan tulis untuk mengelompokkan gambar dengan jenis-jenis kerja sama yang sesuai dengan lingkungan masing-masing.

Untuk mengelompokkan sesuai dengan jenis-jenis kerjasama, Mismiati meminta siswa untuk menempelkan gambar pada kertas karton yang telah disediakan. Secara bergantian dalam masing-masing kelompok, siswa mendapat kesempatan untuk menempelkan gambar yang sesuai. Setelah selesai ia bersama siswa-siswanya membahas dan memeriksa apakah sudah benar hasil dari pengelompokan tersebut. Dari proses tersebut siswa aktif bergantian menjawab dan Mismiati mengarahkan pada jawaban yang tepat.

Pada akhirnya siswa dapat memahami bentuk kerja sama di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dengan menggunakan media gambar sosial.

Tugas selanjutnya pun diberikan kepada siswa untuk memilih salah satu gambar dan menuliskan cerita sesuai dengan kejadian atau pengalaman pribadi pada lembar kerja yang telah Mismiati sediakan. Selesai menulis ia akan meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil tulisannya tersebut.

 

“Sangat luar biasa menurut saya, karena strategi mengajar dengan metode permainan dan media gambar mereka lebih antusias, aktif dan percaya diri dalam bercerita. Bahkan siswa ABK pun turut berbagi cerita dan mereka lebih bersemangat. Dengan menceritakan sebuah gambar tanpa harus ada tulisan merupakan salah satu bentuk kegiatan literasi,” jelas Mismiati.