Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelita Hati diresmikan pada 28 Janurari 2018. TBM ini mengambil lokasi bekas tambangan (pelabuhan kecil). Dulu sebelum jembatan kayu menghubungkan Tanjung Selor dan Dusun Buluh Perindu ada, warga di sini menggunakan perahu (ketinting) untuk keluar masuk dusun. Setelah ada jembatan kayu, warga sudah bisa menggunakan sepeda motor dan berjalan kaki keluar masuk dusun. Karena tidak lagi sering digunakan, tempat itu dijadikan TBM.
Pendirian TBM bermula dari laporan Kepala Sekolah SDN 013 Buluh Perindu, bahwa keterampilan membaca anak-anak kami rendah. Kami sadar betul, keterampilan membaca dibutuhkan anak untuk belajar. Kalau mereka tidak terampil membaca, maka mereka kesulitan memahami semua mata pelajaran.
Setelah mendapat laporan ini, kami segera berkoordiansi dengan Kepsek SDN 013, kepala dusun dan masyarakat. Dari situ kami sepakat menggunakan tambangan sebagai TBM. Sebagai langkah awal, SDN 013 meminjamkan buku-buku kepada TBM. Buku-buku ini disusun di tambangan sore hari, agar anak-anak bisa datang membaca.
Pada awal mula kami membuka TBM, buku menjadi tantangan besar. Buku-buku yang ada di TBM kebanyakan bukan buku cerita untuk siswa kelas awal. Seiring waktu kami mendapatkan banyak donasi buku. Pelan-pelan koleksi buku cerita kami terus bertambah. Banyak pihak yang mendonasikan buku kepada kami seperti Bunda Baca Kaltara Ibu Hj. Irianto Lambrie, Bupati Bulungan Bapak Sudjati, Universitas Kalimantan Utara, Kelurahan, Kecamatan, INOVASI, dan banyak pihak lainnya.
Ada empat kegiatan yang selama ini dilakukan di TBM yaitu Kegiatan Membaca, Pelajaran Tambahan, Mendongeng dan Donasi Buku, dan Layanan Anak Lamban Membaca. Kegiatan Membaca dilakukan setiap Sabtu dan Minggu, saat TBM buka. Kegiatan ini dilakukan oleh semua warga tanpa terkecuali. Pelajaran Tambahan diberikan oleh sukarelawan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Ekonomi, Universitas Kaltara sebagai bagian dari pengabdian masyarakat. Pelajaran tambahan dilakukan setiap dua kali dalam sepekan untuk mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia.
Selain relawan dari Universitas Kaltara, TBM juga dikunjungi banyak relawan dari Bulungan dan Tarakan. Mereka mendampingi anak-anak dengan membacakan buku cerita dan mendongeng. Seiring meningkatnya kunjungan, TBM juga menerima banyak donasi buku dari lembaga maupun individu. Kegiatan yang terakhir adalah pendampingan anak-anak yang lamban membaca. Mereka adalah siswa dari SDN 013 Buluh Perindu.
Salah satu siswa tersebut adalah Nurani yang berusia 8 tahun. Nuraini tidak bisa membaca sehingga tidak bisa mengikuti pelajaran. Guru-guru sering menyebutnya ‘Anak Bawang’, istilah untuk anak yang tidak diperhitungkan. Ibu dari Nuraini, Siti Nurbaya, adalah seorang ibu rumah tangga tunawicara. Siti sempat frustrasi karena ia tidak bisa membantu Nuraini belajar membaca.
Sebagai orang tua tunggal, ia sangat khawatir Nuraini tinggal kelas karena tidak bisa membaca. Berkat kolaborasi SDN 013 Buluh Perindu dan TBM Pelita Hati, Nuraini mendapatkan layanan tambahan membaca. Pagi di sekolah dan sore di TBM. Kini Nuraini sudah bisa membaca dan naik kelas. Kabar ini juga berita baik bagi Siti. Kini putrinya bisa belajar dan menggapai cita-citanya.