Memimpin 937 lembaga Pendidikan Muhammadiyah di Jawa Timur mulai SD/MI hingga SMA/MA/SMK selama 7 tahun untuk Pendidikan Muhammadiyah yang lebih berkualitas bukanlah hal yang mudah. Hal ini dilakukan oleh Dr Arbaiyah Yusuf, MA dengan konsep Muhammadiyah Future School.
Jawa Timur menjadi pusat pendidikan Muhammadiyah ke-2 terbanyak di Indonesia. Dari 3.334 sekolah Muhammadiyah di Indonesia, sebanyak 479 lembaga ada di Jawa Timur (136 SD, 180 SMP, 85 SMA, dan 78 SMK). Begitupun jumlah madrasah Muhammadiyah 1.908 lembaga di Indonesia, sebanyak 458 lembaga ada di Jawa Timur (339 MI, 85 MTs, dan 34 MA).
Tentunya tak mudah memimpin total 937 lembaga Muhammadiyah di Jawa Timur. Namun di tangan Dr. Arbaiyah Yusuf, M.A, yang dipercaya menjadi Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2015 – 2022 menjadi amanah sekaligus tantangan tersendiri agar sekolah dan madrasah Muhammadiyah di Jawa Timur menjadi acuan bagi yang lain.
Arbaiyah, begitu beliau akrab dipanggil, kemudian membuat beragam strategi untuk memajukan Pendidikan Muhammadiyah di Jawa Timur. Rencana strategis (renstra) Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang telah disusun untuk masa kerja 2011-2025 dimana Arbaiyah terlibat dalam penyusunan benar-benar dilaksanakan. Salah satunya adalah membentuk karakter siswa unggul melalui Muhammadiyah Future School (MFS). “Banyak yang perlu dicapai dalam rangka mewujudkan Muhammadiyah Future School. Salah satunya adalah menciptakan sekolah yang berahlak, bermoral dan berprestasi,” ungkap ibu dari satu anak ini.
MFS adalah ajang penilaian sekolah unggul di tingkat perguruan Muhammadiyah Jawa Timur mulai tingkat SD/MI sampai tingkat SMA/MA/SMK. Ada sekitar 105 instrumen yang harus diisi dan disiapkan pirantinya, baik melalui dokumen maupun bukti fisik. Bukti fisik bisa berupa sarana prasarana maupun piranti yang lain, seperti wawancara dengan warga sekolah.
Arbaiyah juga mendorong seluruh sekolah dan madrasah untuk maju bersama. Bila ada sekolah yang sudah cukup maju dan berprestasi, dia harus membantu sekolah atau madrasah di wilayahnya yang masih dalam tahap berkembang untuk maju bersama-sama. Tak heran bila berkunjung ke sekolah maupun madrasah Muhammadiyah, secara kualitas hampir bisa disamakan.
Semangat inilah yang membuat Arbaiyah sangat percaya diri bahwa program literasi dan numerasi kerjasama dengan INOVASI dapat dilaksanakan dengan baik dan meluas secara mandiri. Ketika ditunjuk untuk menjalankan program literasi dan numerasi di fase 1 (2019-2020) yang dilaksanakan di Kabupaten Jember, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Trenggalek, program ini telah terlaksana dengan baik meskipun diseminasi program terkendala dengan hadirnya pandemi Covid-19.
Kesuksesan pelaksanaan program di fase 1 kemudian dilanjutkan di fase 2 (2021-2022) dengan menggandeng 6 kabupaten yakni Kabupaten Lamongan, Kabupaten Malang Raya, Kabupaten Gresik, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Ponorogo.
Belajar dari fase 1, Arbaiyah membuat strategi agar program literasi – numerasi dapat lebih meluas. Yang dilakukan kali pertama adalah adaptasi modul literasi – numerasi dengan memasukkan unsur-unsur Kemuhammadiyahan. “Bedah modul ini tidak kami lakukan di fase 1. Di fase 2 ini berdasarkan masukan dari kabupaten yang telah melaksanakan program sebelumnya, perlu adanya penyesuaian nilai-nilai Kemuhammadiyahan dalam modul yang akan dilatihkan sehingga Gerakan literasi – numerasi yang dijalankan sejalan dengan gerakan Muhammadiyah,” terang perempuan yang juga menjabat anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur untuk masa jabatan 2022 – 2027.
Dalam adaptasi modul, Arbaiyah juga melibatkan 6 perguruan tinggi Muhammadiyah di 6 kabupaten yakni Universitas Muhammadiyah Lamongan, Universitas Muhammadiyah Gresik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Keterlibatan universitas dibawah naungan Muhammadiyah diharapkan dapat mengembangkan kompetensi para dosen yang terlibat dan nantinya dapat mengembangkan di kampus mereka masing-masing.
Selanjutnya Arbaiyah menunjuk Koordinator Daerah (Korda) sebagai pelaksana program di setiap kabupaten. Yang tak kalah penting menurut Arbaiyah adalah bahwa setiap kabupaten yang menjadi mitra harus mendiseminasikan program literasi – numerasi secara mandiri secara lebih luas. Saat ini diseminasi literasi – numerasi telah terlaksana di Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Kota Surabaya, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sidoarjo. Bahkan kabupaten yang menjadi mitra di fase 1 yang dahulu terkendala pandemi saat akan melaksanakan diseminasi, mulai berlari dan melaksanakan diseminasi, yakni Kabupaten Jember, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Ngawi. Sebanyak total 751 guru secara mandiri telah mengikuti kegiatan diseminasi literasi – numerasi di 9 kabupaten.
Puncak dari seluruh pelaksanaan program, baik program bersama INOVASI maupun program Dikdasmen lainnya, adalah pemberian penghargaan bagi lembaga-lembaga Pendidikan Muhammadiyah melalui kegiatan Muhammadiyah Education (ME) Award yang secara rutin diadakan setiap tahun sejak 2012. Diakuinya, sekolah dan madrasah yang terlibat dalam program literasi – numerasi INOVASI, secara lebih cepat bergerak menjadi sekolah / madrasah yang semakin berkualitas.
“Penyelenggaraan ME Awards itu mencerminkan bagaimana amal usaha Muhammadiyah Dikdasmen terus berusaha menjadi pilihan masyarakat dalam rangka mengantar generasi Muhammadiyah future leaders yang memiliki jiwa kepeloporan, kemantapan, dan keteguhan. Dan saya mengakui bahwa keterlibatan sekolah / madrasah dalam program INOVASI mempercepat pergerakan mereka dengan lebih berkualitas. Beberapa bahkan mengalami lompatan yang luar biasa dan menjadi pemenang di ME Awards,” tegasnya.
Memimpin ratusan lembaga yang sebagian besar lembaga dipimpin oleh pria tidak menjadikan Arbaiyah kecil hati. “Merangkul semua pihak untuk bersama-sama memajukan lembaga Muhammadiyah agar selalu berprestasi dan menjadi tujuan pendidikan untuk anak-anak Indonesia selalu saya gaungkan. Jangan melihat siapa melakukan apa, yang harus dilihat adalah mari bersama-sama melakukan yang terbaik dan maju bersama,” jelasnya.
Kini Arbaiyah telah dipercaya menjadi Wakil Ketua II Pimpinan Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Majelis Dikdasmen PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Masa Jabatan 2022-2027. Menduduki jabatan nasional dengan wilayah kerja yang lebih luas, bagi Arbaiyah yang merupakan satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan wakil ketua, hal ini adalah kesempatan untuk Arbaiyah untuk menebarkan Muhammadiyah Future School ke lembaga-lembaga Muhammadiyah lainnya di Indonesia.