SDN 017 Tanjung Selor berada di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Sekolah ini terletak di tepi Sungai Buaya. Sungai Buaya merupakan anak sungai Sungai Kayan. Disebut Sungai Buaya karena di tempat itu banyak buaya.

Sekolah ini dipimpin Pak Said Abdullah. Di tangan Pak Said, SDN 017 berubah menjadi sekolah literat. Kelaskelas tampil lebih menarik, diisi berbagai sumber dan produk pembelajaran.

Di kelas 3, seorang anak tampak asyik membaca. Matanya berbinar-binar menatap gambar dan baris kalimat di buku itu. Ia memilih berada di kelas, daripada bermain di waktu istirahat. Ibu Rosdiana, guru kelas 3, mengatakan kelasnya kaya dengan sumber belajar. Sehingga anak nyaman di sana.

Setiap benda yang ada di kelas diberi tulisan. Tulisan itu ditempel di titik yang bisa dilihat anak. Misalnya tulisan ‘meja’ ditempel di atas meja. Sedangkan tulisan ‘bangku’ ditempel di punggung tempat duduk. Setiap hari anak melihat tulisan itu, sehingga mereka familiar.

Ibu Rosdiana mengatakan, penempelan nama benda bertujuan memperkaya kosakata anak. Anak lebih mudah mengenali kata jika bendanya langsung dilihat. Jadi anak tahu mana bendanya, tahu bentuk penulisannya dan bisa membacakannya. Semakin banyak kosakata anak, maka keterampilan membacanya akan bertekembang.

Selain nama-nama benda di kelas, ada juga pohon ilmu. Di sini anak bisa menulis topik sederhana. Misalnya menuliskan sarapan mereka di rumah. Anak diminta menulis kalimat pendek yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Tujuannya agar anak terbiasa menulis.

Ibu Rosdiana mengatakan, semua anak mendapatkan tugas yang sama. Termasuk anak yang lamban membaca. Tidak masalah kalau penulisannya salah. Yang penting anak senang dulu.

 

Budaya Baca

Jika SDN 017 Tanjung Selor memperkuat kelas literat, maka SDN 002 Malinau Barat, Kabupaten Malinau mengembangkan budaya baca. Sekolah ini punya keunggulan pada halaman sekolah yang hijau. Beberapa batang pohon besar tumbuh di lingkungan sekolah. Sekolah ini senantiasa tanpak teduh, sekalipun hari sedang panas.

Sekolah hijau ini dipimpin Pak Enris T. Lawai. Di bawah kepemimpinan Pak Enris, sekolah menerapkan berbagi kegiatan membaca. Mulai kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran, sampai kegiatan membaca bersama. Jika membaca 15 menit dilakukan di kelas, maka kegiatan membaca bersama dilakukan di luar kelas.

Kegiatan membaca bersama dilakukan dua minggu sekali. Pada hari Jumat pagi, anak-anak akan diarahkan mencari tempat paling nyaman di halaman sekolah. Mereka boleh duduk di selasar, melingkari pohon besar, duduk di atas rumput yang di alas terpal. Bagi siswa kelas awal yang belum bisa membaca, maka guru akan membacakan cerita. Sedangkan siswa kelas tinggi, mereka juga diminta menceritakan ulang isi bacaannya kepada siswa lain.

Kegiatan ini disenangi anak. Mereka antusias. Begitu juga dengan guru. mereka juga ikut membaca buku.