Sebagai upaya mengatasi tantangan pembelajaran selama masa pandemi COVID-19, Pemerintah Kabupaten Nagekeo memandang perlu adanya data terkait mutu dan akses pendidikan. Melalui pengumpulan data ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berharap dapat melihat pembelajaran dan hasil belajar selama masa pandemi Covid-19 yang dapat dipakai sebagai acuan dalam merencanakan strategi pengembangan program yang relevan di tahun 2021 dan di tahap pemulihan. Kabupaten Nagekeo adalah kabupaten kelima di Provinsi NTT yang bergabung sebagai mitra INOVASI di awal tahun 2020. INOVASI menyambut permintaan Kabupaten Nagekeo dengan memberikan dukungan teknis pembekalan enumerator dan juga dukungan terkait sistem pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pemetaan awal.

Instrumen yang dipakai untuk pengambilan data analisis situasi mengadopsi Student Learning Assessment INOVASI dan Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) Sekolah Pusmenjar Balitbang Kemendikbud. Survei diadakan untuk mengukur kemampuan literasi dan numerasi dasar dan komprehensif siswa, mengetahui latar belakang siswa, fasilitas belajar, menangkap persepsi, dan motivasi mereka dan wawancara untuk melihat demografi guru dan praktik pengajaran yang dilakukan di masa pandemi.

Pembekalan 30 enumerator dilakukan secara hybrid dan berlangsung selama dua hari. Materi pelatihan mencakup, antara lain: pemahaman instrumen yang akan digunakan; prosedur berinteraksi dengan siswa; pengumpulan data menggunakan aplikasi survei CTO; dan persiapan serta protokol kesehatan saat pengambilan data di lapangan.

Pengumpulan data dari narasumber, yang bergabung secara daring melalui Zoom, berlangsung selama dua pekan pada Desember 2020. sampel merupakan siswa kelas 2 dan kelas 4 yang didasarkan pada kerangka AKM. Data dari 1047 siswa dan 144 guru dari 57 sekolah dasar yang dipilih secara acak di tujuh kecamatan berhasil dikumpulkan. INOVASI selanjutnya mengolah dan menganalisis data yang terkumpul. Hasil analisis kemudian didiskusikan bersama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan Januari 2021.

Hasil analisis situasi menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas awal dalam membaca dan berhitung dasar sudah cukup baik, tetapi belum cukup baik dalam hal kemampuan pemahaman yang lebih komprehensif. Siswa perempuan, siswa dengan bahasa ibu bahasa Indonesia, siswa yang dipersepsikan guru lancar berbahasa Indonesia, dan siswa yang belajar dengan metode Belajar dari Sekolah (BDS) secara umum memiliki nilai literasi dan numerasi yang lebih tinggi.

Grafik 1. Hasil Belajar Siswa Nagekeo: Pemahaman Literasi (Berdasarkan Kelas)

 

Analisis ini juga melihat gambaran proses pembelajaran beserta kendalanya di masa pandemi. Metode pembelajaran yang banyak digunakan adalah Belajar dari Rumah atau BDR (68 persen) yang dilakukan secara luring dengan mekanisme: kunjungan ke rumah siswa, belajar di titik kumpul, pemberian tugas di sekolah, dan sebagian kecil pembelajaran melalui radio atau televisi. Temuan memperlihatkan bahwa siswa mempunyai fasilitas belajar yang terbatas. Sebanyak 6 dari 10 guru memiliki fasilitas penunjang kegiatan belajar jarak jauh, seperti ponsel, laptop, dan koneksi internet yang memadai, tetapi tidak dengan siswa (hanya 3 dari 10 siswa).

Temuan ini sejalan dengan persepsi guru bahwa masih ada keterbatasan orang tua dalam penyediaan alat pendukung belajar yang memadai bagi anak. Sementara itu, guru masih mengalami hambatan untuk berkomunikasi dengan orang tua. Kurikulum 2013 dan buku K-13 masih menjadi pilihan utama yang digunakan guru selama pembelajaran di masa pandemi. Praktik inklusi dalam pengajaran juga masih terbatas, terutama untuk anak berkebutuhan khusus.

Grafik 2. Praktik Mengajar Guru di Kabupaten Nagekeo

 

Melihat gambaran dari hasil temuan ini, pemerintah Kabupaten Nagekeo merancang kegiatan penguatan kapasitas guru terutama di daerah-daerah yang kurang maksimal. Pengawas akan berfokus mendampingi sekolah-sekolah binaannya untuk memberikan intervensi tambahan dengan strategi pembelajaran literasi bagi siswa kelas awal, khususnya guna memperkuat kemampuan literasi siswa kelas 1 yang baru masuk di tahun ajaran 2020/2021. Hasil analisis situasi ini juga menjadi bahan penting bagi proses revisi Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di tingkat kabupaten.

Kabupaten Nagekeo mengadopsi metode pelaksanaan program literasi dasar berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG) di 50 sekolah dasar untuk mengembangkan mutu dan kualitas program pendidikan serta pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan.