Sosialisasi ini merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi para Faslitator Daerah (Fasda) yang dilaksanakan pada 18-19 Januari 2020 lalu di Laipori. Kegiatan difasilitasi oleh Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) dan sepenuhnya dibiayai oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur melalui pendanaan APBD.

Pada kegiatan sosialisasi tersebut, hadir Kabid dan Kasie GTK Dinas Pendidikan, Kabid dan Kasie Pembinaan SD, tim INOVASI di Sumba Timur, serta 50 Fasilitator Daerah (Fasda) se-Sumba Timur – Fasda Literasi Kelas Awal (APBD dan INOVASI), Fasda PMB-BBI* (kemitraan INOVASI dan Sulinama), Fasda Pembelajaran Kelas Rangkap, dan Fasda Pendidikan Inklusi (kemitraan INOVASI dengan CIS Timor).

Dalam kegiatan tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur kembali mengukuhkan komitmennya untuk melanjutkan program-program yang telah dirintis bersama INOVASI di Sumba Timur. Hal ini tercermin dari keputusan Dinas Pendidikan untuk mengambil alih pendampingan sekolah-sekolah mitra INOVASI – enam sekolah mitra Program Literasi Kelas Awal dan empat sekolah mitra Program Kelas Rangkap – melalui pendanaan APBD.

Selain itu, Dinas Pendidikan juga akan mendanai pengembangan sekolah mitra untuk program kemitraan INOVASI seperti PMB-BBI (Sulinama) dan Pendidikan Inklusi (CIS Timor) dengan jumlah sekolah dampingan masing-masing sembilan sekolah. Namun tidak semua sekolah akan mendapatkan kesempatan ini. Jumlah sekolah yang akan dilanjutkan pengembangannya bergantung pada nilai anggaran yang tersedia, ketersediaan Fasda di wilayah program, dan komitmen sekolah.

Sosialisasi ini juga membahas pembentukan wilayah koordinasi atau wilayah kerja Fasda di Sumba Timur untuk mempermudah koordinasi dan transfer informasi antar mereka. Ke-22 kecamatan di Sumba Timur dibagi ke dalam empat wilayah koordinasi berdasarkan jarak antar kecamatan. Nantinya, dari seluruh Fasda yang ada akan ditunjuk beberapa Fasda inti atau Fasda Kabupaten. Pelatihan untuk Fasda tidak lagi dipusatkan di Kota Waingapu melainkan dilaksanakan di masing-masing wilayah koordinasi yang difasilitasi oleh Fasda Kabupaten.

Di tiap kecamatan juga akan dibentuk focal point khusus untuk Pendidikan Inklusi, Pembelajaran Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu dan Pembelajaran Kelas Rangkap. Focal point ini akan bertugas mendampingi jika ada sekolah dampingan yang membutuhkan. Mereka akan dibekali dengan pelatihan khusus terkait tiga isu tersebut sementara identifikasi kebutuhan sekolah dalam tiga isu tersebut akan ditentukan melalui Ekpslorasi dan Sintesa PDIA (Problem Driven Iterative Adaptation), sebuah pendekatan solusi lokal untuk tantangan lokal yang INOVASI lakukan.

Sementara itu, desain program penguatan KKG APBD yang direncanakan akan dilakukan pada akhir Februari 2020 akan berfokus pada penguatan materi literasi dan integrasi materi modul Literasi Kelas Awal (LKA) dengan tema-tema dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013 (K13). Integrasi modul ini juga akan menyesuaikan dengan kebutuhan tiap sekolah dampingan terhadap penerapan Program Pendidikan Inklusi, Pembelajaran Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu, dan Pembelajaran Kelas Rangkap.

Penerapan modul LKA yang terintegrasi dengan K13 akan dituangkan dalam bentuk program sekolah yang memuat kalender pendidikan, program tahunan, program semester, serta mekanisme pengukuran perkembangan kemampuan baca tulis secara rutin. Hal ini diharapkan menjadi bagian dari tugas pengawas sekolah untuk melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan literasi di sekolah.