Ilustrasi membantu mendorong kebiasaan membaca anak. Dengan adanya ilustrasi, anak akan terdorong untuk membaca teks yang akan kemudian meningkatkan minat mereka untuk membaca. Selain itu, penggunaan gambar pun juga meningkatkan kemampuan untuk memahami teks.

Dalam mendukung penyediaan buku bergambar anak berkualitas, Pusat Perbukuan, Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan INOVASI melakukan pembinaan pada ilustrator buku melalui lokakarya “Kekuatan Ilustrasi pada Buku Cerita Anak”. Lokakarya ini diselenggarakan di Hotel Aston Bogor pada tanggal 12 dan 13 Juli 2022.

Peran penting ilustrasi dalam buku anak adalah meningkatkan perhatian untuk membaca teks. Bentuk yang menarik akan membangkitkan minat anak terhadap sebuah buku. “Kami berharap ekosistem perbukuan di Indonesia menjadi lebih sehat dan pelaku perbukuan dapat melakukan peran masing-masing dengan hasil berkualitas,” terang Supriyanto, Kepala Pusat Perbukuan, Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek. Dua ilustrator dihadirkan sebagai pemateri yaitu Leigh Hobbs dan Evi Shelvia.

Para peserta yang merupakan ilustrator profesional diajak untuk membuat ilustrasi dasar cerita bergambar anak melalui penggambaran karakter melalui ilustrasi maupun kata-kata, untuk kemudian dikembangkan ceritanya. Proses ini dipandu oleh Leigh Hobbs, seniman Australia yang telah memenangkan beberapa penghargaan dan ilustrator buku bergambar “Old Tom”.

Hari pertama, Leigh Hobbs mengajak para peserta untuk menggambar karakter Old Tom dengan kekhasan individu. Leigh Hobbs juga mengajak para peserta untuk menggambarkan beberapa karakter dari bentuk silinder maupun peralatan rumah tangga. Dari karakter tersebut, para peserta diajak untuk menuliskan deskripsi sifat dan perilakunya.

Hari kedua, Leigh mengajak anak usia 3-5 tahun untuk menggambar karakter Old Tom. Hasil anak-anak tersebut dipertontonkan kepada peserta pelatihan. Gambar mereka mencerminkan kepolosan dan selera target pembaca.  Kemudian para peserta diajak untuk merefleksikan hasil goresan dari anak-anak tersebut yang merupakan target pembaca buku cerita bergambar. Dengan melihat gambar tersebut, para peserta dapat memeriksa Kembali apakah karakter yang mereka ciptakan akan menarik anak, sesuai dengan usia anak dan memperlihatkan sifat yang unik. “Anak-anak perlu tehibur dan tertarik untuk menikmati membaca melalui buku yang menyenangkan. Buku saya dibuat untuk anak bersenang-senang.” jelas Leigh Hobbs.

Setelahnya, para peserta diminta untuk membangun cerita dengan kata-kata dan gambar. Sebagai penutup, Evi Shelvia, ilustrator senior Indonesia memaparkan peran ilustrator serta pembelajaran dalam membuat karakter. “Buku cerita bergambar merupakan perpaduan yang unik dan harmonis antara teks dengan ilustrasi yang dikemas dengan desain yang menyeluruh, sehingga dapat menyampaikan maksud dan tujuan cerita kepada pembaca yang dituju. Tugas ilustrator adalah bercerita dengan gambar.” terang Evi.

Tantangan dan peluang di ekosistem buku bergambar anak

Salah satu peserta ilustrator muda yang hadir di kegiatan ini Dewi Tri Kusuma menuturkan bahwa kebutuhan ilustrasi buku anak mengalami perkembangan pesat sejak pemerintah mendorong literasi anak. “Dalam berkarya, penting supaya pesan dapat tersampaikan kepada anak dengan menyenangkan. Ekspresi karakter dan pilihan warna menjadi penting untuk diperhatikan.” tambahnya.

Selain ilustrator muda, ilustrator kawakan juga terlibat dalam pelatihan ini. Sulaiman yang terkenal dengan nama Maman Mantox adalah salah satunya. “Dalam 29 tahun terakhir, ekosistem buku bergambar anak tidak memiliki banyak perubahan. Walau permintaan atas gaya ilustrasi berubah, namun pewarnaan, bahasa tutur dan pilihan genre tetap sama.” terangnya.

Pelatihan untuk pengajar daerah

Pada tanggal 14 Juli 2022, Leigh Hobbs melanjutkan pelatihan ilustrasi kepada para mitra INOVASI. Para guru, relawan literasi serta fasilitator daerah dari Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur serta Jawa Timur dihadirkan pada Lokakarya Ilustrator Buku Cerita Anak di Hotel Sultan Jakarta. Berbeda dengan dua hari sebelumnya, kegiatan kali ini berfokus pada peningkatan kapasitas pendidik untuk dapat memproduksi cerita bergambar dalam meningkatkan minat baca anak. Dengan metode yang sama, Leigh Hobbs membawakan lokakarya tersebut selama satu hari.

Dalam membuat ilustrasi, penting bagi para ilustrator untuk mengetahui bahwa mereka memiliki kekhasan individu. Karenanya di awal proses saya meminta mereka untuk menggambar karakter Old Tom dan memang hasilnya berbeda satu dengan yang lain.” kata Leigh Hobbs menerangkan proses lokakarya di hari itu. Leigh Hobbs menunjukkan teknik dasar menggambar, kemudian sama dengan lokakarya ilustrator yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek, para peserta kemudian diajak untuk membuat karakter mereka masing-masing dan menyusun cerita bergambar dengan menggunakan karakter tersebut.

“Untuk kelas dasar, buku bergambar penting karena mereka belum bisa membaca. Dengan ilustrasi, tanpa anak membaca teks, anak bisa membaca gambar dan menghubungkan cerita.” terang Khusna, Guru SD Negeri Bidiwai, Sumba Timur. Khusna berharap lokakarya ini dapat membantunya dalam membuat buku bergambar karena selama ini dia masih menggunakan teks saja untuk membuat cerita sebagai alat ajar.

Pada lokakarya ini, Mustika, seorang relawan literasi dan guru Sekolah Dasar menjelaskan bahwa dia berharap untuk belajar untuk menyusun cerita dalam meningkatkan minat baca anak-anak. “Hari ini saya belajar untuk membangun karakter dalam ilustrasi dan menyusun ceritanya. Karakter, cerita dan warna yang menarik dapat meningkatkan minat baca anak di Bima.” terangnya.

Saya berharap dapat berbagi dengan rekan-rekan guru di Sumba Timur untuk ilmu yang saya peroleh hari ini.” terang Khusna. Hal senada diungkapkan oleh Mustika yang berharap untuk dapat berbagi dengan relawan literasi di Bima. Dia menjelaskan, “Buku bergambar masih kurang di daerah kami, jadi kami perlu menggambar sendiri supaya anak tertarik untuk membaca.”

“Literasi visual juga sama pentingnya. Bagaimana membuat anak-anak membaca gambar untuk mengerti ceritanya. Ketertarikan menjadi kata yang penting di sini, membuat mereka terus tertarik dan merasa puas ketika mereka belajar sesuatu.” tutup Leigh Hobbs.

Salah satu peran penting ilustrasi dalam buku anak adalah menarik perhatian anak untuk membaca teks tersebut. Gambar meningkatkan kenikmatan teks. Dengan kata lain, anak-anak lebih menikmati teks jika mereka melihat gambar dan menghubungkannya dengan kalimat-kalimat dalam teks. Buku bergambar membuka pintu literasi anak dan kemampuan berpikir kritis. Ilustrasi dapat menyajikan informasi yang tidak ada dalam teks, namun merangsang imajinasi anak-anak dan kemampuan mereka untuk menyimpulkan informasi dan menarik kesimpulan sendiri.