
Ditulis oleh: Fadhila Trifani
Pada Hari Mendongeng Sedunia, dengan tema “perairan dalam”, mari menyelami kedalaman laut untuk menemukan harta karun tersembunyi – perjalanan luar biasa yang terjadi di pelosok Kalimantan Utara. Di sebuah desa di Kabupaten Malinau, Belvi, menjalani dua peran sekaligus; seorang bidan sekaligus pendongeng yang mengubah kehidupan anak-anak desanya.
Setiap pagi, Belvi menjalankan tugasnya sebagai bidan di Puskesmas Pembantu Desa Belawan, membantu ibu-ibu hamil mendapatkan layanan kesehatan. Namun ketika sore tiba, ia berganti peran – menjadi penyulut imajinasi bagi anak-anak melalui buku dan cerita. “Banyak anak di sini belum belajar membaca dan menulis. Orang tua mereka kebanyakan petani yang sering pergi ke ladang berhari-hari, sehingga pendidikan bukan jadi prioritas utama,” ujar Belvi.
Kondisi tersebut mendorong Belvi mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Pelita Kanaan pada tahun 2020. Ia memiliki visi untuk menciptakan ruang yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak untuk belajar membaca dan bermimpi besar. Setiap sore, TBM ini menjadi tempat berkumpulnya anak-anak untuk bernyanyi, mendengarkan cerita, dan terlibat dalam kegiatan yang membangkitkan rasa ingin tahu mereka. Awalnya, Belvi beranggapan bahwa menyediakan buku saja sudah cukup. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak-anak masih kesulitan membaca sendiri. Ia segera menyadari bahwa suatu terobosan perlu dilakukan untuk mengatasi kesenjangan literasi tersebut.
Untuk mengatasi tantangan itu, program pelatihan mendongeng yang digagas oleh INOVASI – program Kerjasama pemerintah Australian dan Indonesia terkait penguatan keterampilan dasar siswa Tingkat dasar – menjadi titik balik. Program tersebut membekali para relawan literasi dengan teknik mendongeng interaktif agar mereka dapat menyampaikan cerita dengan cara yang hidup dan bermakna. “Dulu saya hanya membaca dengan nada datar, tapi sekarang saya belajar cara memainkan suara, menggunakan ekspresi wajah, dan mengajak anak-anak berinteraksi dengan cerita,” ungkap Belvi dengan semangat.
Tidak hanya Belvi, Rahmawati, seorang pegiat literasi lainnya, juga merasakan manfaat pelatihan tersebut. Di TBM Ileh Taking – yang artinya “Pelangi” dalam bahasa Dayak – Rahmawati mengumpulkan anak-anak setiap sore. Dengan suara yang dinamis dan ekspresi penuh antusiasme, ia membawa anak-anak menyelami dunia imajinasi. “Anak-anak sangat menyukai cerita yang saya bacakan. Mereka bertanya banyak hal dan selalu antusias. Jadinya, setiap cerita menjadi petualangan bersama,” ujarnya. Melalui sesi interaktif ini, anak-anak tidak hanya belajar bahasa dan kosakata – mereka juga mengembangkan empati, kreativitas, dan rasa keterhubungan.
Fasilitator pelatihan, Iqbal Aji Daryono, penulis buku “Out of The Truck Box“, menekankan bahwa cerita yang efektif harus berangkat dari pengalaman nyata anak-anak. “Di Malinau, banjir adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Jika kita menyisipkan unsur banjir dalam cerita, anak-anak akan langsung merasa terhubung karena itu adalah bagian dari kehidupan mereka,” jelasnya. Pendekatan yang disesuaikan ini mengubah sebuah cerita menjadi sebuah jembatan – yang menghubungkan hal yang mereka pahami dengan ide-ide dan kemungkinan baru, seperti menyelam ke dalam air dalam untuk menemukan harta karun yang tersembunyi di bawah permukaan.
Kisah Belvi, Rahmawati, dan para relawan TBM di Malinau membuktikan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca; melainkan pengalaman belajar yang bermakna yang mampu membuka jendela dunia bagi anak-anak.
Kisah Belvi mengingatkan kita bahwa, meskipun berada di daerah terpencil dengan sumber daya yang terbatas, semangat dan ketekunan dapat mengubah tantangan menjadi peluang. Peran ganda Belvi sebagai bidan dan pendongeng adalah bukti nyata kekuatan inisiatif lokal yang didorong oleh kolaborasi dan adaptasi.
Pada Hari Mendongeng Internasional ini, marilah kita mengapresiasi kekuatan mendalam dari cerita-cerita yang menghubungkan kita, yang membangkitkan semangat, dan yang membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah. Seperti halnya sebuah samudra, yang menyembunyikan keindahan di balik misterinya, perjalanan reformasi literasi di Malinau menyimpan pelajaran tentang keberanian, inovasi, dan semangat komunitas untuk menyelami kedalaman potensi anak-anak. Dengan satu cerita, mereka membantu anak-anak melihat dunia yang lebih luas, bermimpi lebih besar, dan percaya bahwa mereka pun bisa menjadi bagian dari kisah besar kehidupan. Karena setiap anak berhak mendapatkan kesempatan untuk membaca, memahami, dan bermimpi.