Tantangan mengajar secara daring daring adalah banyak siswa yang tidak memiliki akses internet. Gawai yang dipakai biasanya milik orang tua atau saudara sehingga tidak selalu dapat digunakan saat jam belajar sekolah. Kebanyakan siswa hanya mengerti pelafalannya saja tetapi tidak tahu tulisannya. Begitu pula sebaliknya. Para orang tua juga mengalami kesulitan karena mereka sendiri tidak mahir berbahasa Madura.
“Misalnya kata ‘Nembara’ (musim hujan), pelafalannya ‘Nembere’. Siswa tentu lebih mengenal kata ‘Nembere’ yang biasa diucapkan sehari-hari sehingga ketika diminta menulis, mereka akan menulis sesuai dengan pelafalannya yakni ‘Nembere’,” cerita Taskiyah.
Taskiyah pegiat literasi dan fasilitator Gerakan Literasi Baca Tulis Hitung Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, lantas mencari strategi mengajar bahasa Madura agar lebih mudah dipahami.
“Saya pernah mengikuti pelatihan literasi INOVASI, di mana guru didorong untuk membuat media agar kegiatan pembelajaran lebih menarik. Salah satunya dengan media big book. Biasanya big book bisa digunakan saat tatap muka. Saya pun mulai mencari ide media yang sesuai untuk mengajar bahasa Madura secara daring. Akhirnya saya menemukan ide membuat animasi berbahasa Madura,” jelas Taskiyah.
Ia menemukan aplikasi Plotagon mudah digunakan untuk membuat animasi. Secara otodidak Taskiyah belajar membuat media pembelajaran bahasa Madura dengan video animasi kreasinya. Awalnya, Taskiyah membuat skenario sederhana tentang percakapan dua orang atau lebih dan membuat gambaran tokoh-tokohnya. Kemudian ia mengisi suara dan memberikan teks pada videonya.
Di awal video, Taskiyah memberikan pengantar disertai tugas bagi siswa Ketika mereka melihat dialog dalam video. Misalnya, dialog dua orang di dalam video sedang mendiskusikan apa? Kata apa yang menurut mereka masih sulit atau belum dipahami? Dengan harapan memahami penulisan dan pelafalan bahasa Madura, Siswa juga diminta mengamati video animasinya hingga akhir karena mereka akan diminta menceritakan kembali percakapan dalam videonya. Siswa mengumpulkan tugas tersebut keesokan harinya dalam bentuk rekaman video dan foto-foto tulisan. Video ditutup dengan ucapan semangat agar siswa lebih giat belajar bahasa Madura. Respons para siswa sangat luar biasa setelah melihat video animasi tersebut.
“Tanggapan siswa di luar perkiraan saya. Mereka senang sekali dan memutar video berulang-ulang. Bahkan saat saya tanya isi video itu, siswa dengan lancar bisa menceritakan video berbahasa Madura tersebut. Video ini pun tidak harus diputar saat jam belajar. Semisal gawainya masih dibawa orang tua mereka bekerja, video bisa dilihat saat orang tuanya sudah pulang,” ungkapnya.
Taskiyah kemudian membuat empat video animasi untuk mendukung pembelajaran bahasa Madura. Video animasi tersebut diberi teks untuk memudahkan siswa mempelajari tulisan dan pelafalannya secara benar. Menurut Taskiyah, video animasi berbahasa Madura masih jarang ditemukan. Kesan orang tua terhadap video ini cukup bagus. Anak-anak mereka jadi lebih semangat belajar bahasa Madura, bahkan ada yang diputar hingga berkali-kali. Belakangan pelajaran bahasa Madura menjadi hal yang paling ditunggu siswa.
Taskiyah menunjukkan hasil video animasinya kepada rekan-rekan guru lainnya saat kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) virtual area Gugus 01 Pangarangan Sumenep pada bulan Juli 2020.
“Respons guru-guru cukup bagus. Namun, beberapa dari mereka memang belum terbiasa dengan teknologi gawai sehingga membutuhkan proses dan waktu untuk belajar aplikasi Plotagon,” terang perempuan asli Sumenep ini.
“Saya sangat mengapresiasi adanya video kartun animasi ini. Saya lihat ini bagian dari inovasi dan kreativitas yang dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran secara daring,” kata Abdul Kadir, M.Pd., Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep. “Ke depan, saya sangat berharap guru-guru di Sumenep lainnya juga memiliki semangat untuk melakukan inovasi dan semakin kreatif dalam proses pembelajaran untuk anak-anak kita.”