Secara administratif, skenario pembelajaran yang mendukung Pembelajaran HOTS sudah ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun, guru mesti menyiapkan bahan dan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan kontekstual.

Berangkat dari hal itulah, Safinah, guru kelas 3 di SD Inpres Haming, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, mengembangkan buku berukuran besar atau Big Book tentang sikap untuk membantunya menerapkan pembelajaran HOTS pada siswanya.

Penerapan pembelajaran HOTS dimulai sejak pembuatan kerangka Big Book. Kata kerja operasional untuk ketiga tingkatan HOTS menjadi basis penulisan cerita pada Big Book yang dibuat. Misalnya, bagaimana siswa nantinya akan membandingkan ide atau perspektif cerita dengan kesehariannya (tingkat menganalisis) dan bagaimana menilai sebuah perbuatan (tingkat mengevaluasi).

Saat pembelajaran, Safinah mengawalinya dengan mengajak para siswa untuk menjelaskan gambar yang terdapat pada sampul dan memprediksi apa yang menjadi isi dari cerita Big Book tersebut.

“Anak-anak, kira-kira gambar apa ini?” tanya Safinah sambil menunjukkan sampul depan Big Book yang menunjukkan sejumlah foto siswa SD yang sedang membantu orang-orang di sekelilingnya. Jawaban siswa bermacam-macam, tergantung foto yang mana yang mereka jelaskan.

Safinah melanjutkan dengan, “Kira-kira, ini Big Book cerita tentang apa e?” Jawaban siswa kembali beragam. “Pertanyaan ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa agar mereka berpartisipasi aktif dalam pembelajaran,” kata Safinah.

Pembelajaran dilanjutkan dengan Safinah membaca halaman per halaman Big Book dan diikuti oleh para siswa. Setiap selesai membaca kalimat di satu halaman, Safinah mengajukan pertanyaan kepada siswanya. Misalnya, pada salah satu halaman yang menunjukkan sekelompok siswa sedang berdoa.

“Apa yang mereka lakukan?” tanya Safina mengacu pada siswa-siswa pada gambar.

“Membersihkan kelas!” siswa menjawab serentak.

“Mengapa kira-kira mereka membersihkan kelasnya?” lanjut Safinah yang kemudian dibalas dengan jawaban beragam dari para siswa.

“Bagaimana kira-kira kalau kita belajar di kelas yang kotor?” Pertanyaan ini dilontarkan Safinah untuk menguji kemampuan menganalisis siswa dengan tujuan agar para siswa bisa membandingkan dampak lingkungan yang bersih dan lingkungan yang kotor pada kenyamanan dan kesehatan.

Pada halaman lain, anak-anak ditunjukkan sebuah gambar seorang siswa yang meminjamkan pensilnya kepada temannya.

“Apakah perbuatan yang dilakukan oleh siswa tersebut baik atau tidak?” tanya Safinah.

“Baikkkk!” jawab para siswa.

“Jadi, kalau ada teman kalian yang membutuhkan bantuan untuk kebaikan, apakah kalian membantunya?” lanjut Safinah yang kemudian dijawab oleh semua siswa dengan, “Bantuuuu!”

Pada contoh ini, Safinah menguji kemampuan mengevaluasi siswanya untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan penilaian yang mereka lakukan.

Selain melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) interaktif seperti ini juga membuat suasana kelas menjadi hidup. Anak-anak lebih bersemangat belajar dan lebih cepat memahami pelajaran.

“Sebelumnya, kelas saya tidak interaktif seperti ini. Jadi, saya tidak tahu apakah mereka sudah paham apa yang dipelajari atau belum,” kenang Safinah.