Institut Agama Islam Hamzanwadi NWDI Pancor menggelar seminar nasional bertajuk “Menjawab Tantangan Literasi Dasar di Madrasah”, pada hari Rabu (13/09/2023) lalu. Seminar nasional ini adalah bagian dari upaya IAI Hamzanwadi untuk membangun kesadaran tentang perlunya memberi perhatian pada kecakapan dasar, seperti literasi dan numerasi, sekaligus juga mendiseminasikan hal-hal yang sudah dilakukan oleh kampus tersebut di kab. Lombok Timur.

“Kondisi literasi dan numerasi siswa di Lotim masih memprihatinkan. Karena masih banyak siswa di kelas rendah bahkan juga kelas IV madrasah maupun sekolah yang kemampuan literasi nya masih kurang,” sebut Heri hadi Saputra, Wakil Rektor IAI Hamzanwadi NWDI Pancor.

Kesempatan seminar ini juga, sebut Heri, untuk mendiseminasikan perkembangan dari program kemitraan yang sudah dilakukan INOVASI bersama IAIH untuk mendukung pelaksanaan IKM dalam peningkatan literasi dan numerasi dasar yang sudah dimulai sekitar tujuh bulan.

TGB Zainul Majdi, Rektor IAI Hamzanwadi NWDI hadir secara daring untuk membuka seminar nasional ini sekaligus menjadi pembicara pertama. Dia menyampaikan bahwa ciri khas madrasah adalah pendidikan ke Islamannya. Hal ini bisa dikolaborasikan dengan pembelajaran umum untuk meningkatkan literasi dan numerasi dasar.  Karena akan lebih memudahkan siswa di dalam  memahami pembelajaran. Di samping itu, pola ini akan membuat pendidikan agama tetap melekat pada diri siswa.

“Madrasah ini adalah sekolah plus dengan pendidikan agamanya. Maka plusnya itu bisa digunakan agar literasi dasar bisa lebih baik. Banyak bahan dari aspek keagamaan yang bisa digunakan untuk perkaya bahan literasi dasar dengan konvergensi pembelajaran. Contohnya adalah pelajaran tentang kewajiban keseharian yakni kewajiban solat fardu sebanyak 17 rakaat sehari itu adalah numerasi. 6 rukun wudhu  sebagai syarat sah solat juga numerasi,” sebut Rektor yang pernah menjadi Gubernur NTB itu.

Menurutnya, kalau guru mampu menjadikan pengetahuan keagamaan ini untuk memperkuat literasi dasar maka akan terlihat perbedaan antara madrasah dan sekolah terkait pembelajaran literasi dan numerasi tersebut.

Selain itu, dia mendorong peningkatan kapasitas guru dengan terus menerus belajar memperluas dan memperbaharui pengetahuan dan ilmunya. Sehingga lebih memudahkan di dalam mengajar siswa, termasuk dalam hal literasi dan numerasi dasar. Hal ini menurutnya sangat penting.

“Tidak hanya murid yang wajib belajar, tapi para guru juga. Terlebih ilmu ini  sangat dinamis. Sangat cepat berubah termasuk teknis pengajaran, kurikulum dan metodologi pendidikan. Dalam dunia pendidikan saat ini guru tidak bisa lagi hanya mengajar siswa. Tapi juga persiapkan  mereka untuk membentuk masa depan bangsa. Karena kalau diajarkan sekedarnya, dia akan sulit bersaing ke depannya,”katanya.

Sementara itu pembicara kedua menghadirkan Kasubdit Kesiswaan  Kementerian Agama (Kemenag) RI, Imam Bukhori. Dia mengungkapkan bahwa Kemenag RI telah meluncurkan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas (IKM-BK) untuk menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada siswa sebagaimana yang menjadi semangat dari Kurikulum Merdeka.

IKM-BK ini diharapkan mampu mendongkrak capaian literasi numerasi dasar dengan pola pembelajaran berdeferensiasi atau sesuai dengan level kemampuan siswa.  Sejauh ini hanya madrasah-madrasah yang telah ditunjuk oleh Kemenag yang bisa menerapkan IKM-BK. Karena dilakukan melalui pengusulan, verifikasi, pendampingan hingga akhirnya di SKK kan untuk menerapkan IKM-BK dengan tetap dievaluasi.

“Pembeda antara IKM di madrasah dan sekolah adalah aspek nilainya. Bedanya adalah ciri khas agama Islam yang tercermin dalam dua hal, yakni tercermin dalam mata pelajarannya yakni pelajaran agama. Diharapkan anak yang keluar dari madrasah lebih baik keagamaan dan sikapnya daripada yang  ada di sekolah,”katanya.

Berikutnya, Ahli Utama Direktorat Jenderal Pendidikan Pusdiklat Kemenag RI Cut N. Ummi Athiyyah, tampil sebagai pembicara di seminar nasional tersebut. Dia mengungkapkan bahwa untuk  menjawab tantangan literasi numerasi dasar ini, pihaknya bekerjasama dengan Inovasi untuk Anak Indonesia (INOVASI), program kemitraan antara pemerintah Indonesia dan Australia dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, untuk menyiapkan pelatihan IKM-BK. Di antaranya adalah kajian pada sekolah atau madrasah di Lombok sebagai  bagian dari program INOVASI khusus pada aspek literasi dan numerasi.

“INOVASI adalah sahabat  Pusdiklat dalam menyiapkan pelatihan IKM-BK. Modul literasi, alat-alat yg digunakan oleh  madrasah yang diterapkan  di Lombok ini kami adopsi langsung untuk pelatihan Pusdiklat,” Katanya.

Pusdiklat juga melakukan penguatan kapasitas komunitas atau madrasah yang akan mengimplementasikan IKM-BK dengan pengembangan sumber daya. Di mana madrasah perlu menyediakan sumber daya yang cukup, termasuk buku teks, perangkat teknologi dan fasilitas belajar yang mendukung IKM-BK.

“Selain itu, pengawas madrasah yang sudah dilatih selanjutnya  melakukan pelatihan pendampingan kepada kepala madrasah binaannya,”  jelas dia.

Selain para pembicara tersebut, seminar ini juga menghadirkan Manajer program INOVASI di NTB, Sri Widuri, dan Pengawas Madrasah kabupaten Lombok Timur, Himmatul Fajri.