Pandemi COVID-19 ikut memicu perluasan praktik pembelajaran terdiferensiasi di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Setelah berhasil diujicobakan dalam program rintisan literasi kelas awal pada 2017 – 2019, praktik pembelajaran terdiferensiasi kini dilaksanakan di banyak sekolah dasar di Bumi Tenguyun – sebutan lain dari Kabupaten Bulungan. Salah satunya di SDN 009 Desa Wono Mulyo, Kecamatan Tanjung Palas Timur.

Desi Estikasari, guru kelas 6 di SDN 009 Desa Wono Mulyo, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan menggunakan pembelajaran terdiferensiasi untuk membantu siswa lamban membaca. Bu Desi memiliki siswa 18 orang. Dua diantaranya terdeteksi lamban membaca. Mereka adalah Afandi dan Khoirul.

Bu Desi awalnya melakukan penilaian diagnosis kepada seluruh siswa kelas 6. Dari hasil tes itu, Ia merasa heran karena ada 2 orang siswa yang mengumpulkan tugas tapi tidak ada jawabannya. Bu Desi lalu memberikan tes tambahan kepada dua siswa. Mereka diminta membaca teks sederhana dan diberi pertanyaan seputaran teks itu. Hasilnya Afandi hanya bisa membaca suku kata, sedangkan Khoirul sering mengeja suku kata terbalik. Misalnya mengeja kata buku, Ia membacanya menjadi ku-bu.

Dari hasil tes itu, Bu Desi membuat program khusus untuk Afandi dan Khoirul. Program itu mulai Ia jalankan saat pertemuan tatap muka terbatas (PTMT) untuk kelas 6. Afandi dan Khoirul mendapatkan tambahan jam bimbingan dari Bu Desi. Jam bimbingan dilakukan sepulang sekolah.

Bu Desi menggunakan strategi untuk membantu kedua anak itu. Ia menguatkan materi literasi kelas awal. Mulai menggunakan media kata dan suku kata, buku kelas awal, dan bahan bacaan cerita sederhana yang dibuat sendiri oleh Bu Desi. Menurut Bu Desi, kombinasi strategi ini cocok untuk meningkatkan kemampuan membaca Afandi dan Khoirul.

Pendampingan khusus sudah berjalan 2 bulan. Hasilnya, Afandi sudah bisa merangkai kata menjadi kalimat. Sedangkan Khoirul sekarang sudah bisa merangkai suku kata menjadi kata. Jika dulu Khoirul kesulitan membaca kata yang ada imbuhan ‘ng’ dan ‘nya’, maka sekarang Khoirul sudah bisa mengejanya dengan benar. Bu Desi masih melanjutkan bimbingan khusus ini sampai sekarang.

Bu Desi merasakan manfaat dari pelatihan literasi yang selama ini Ia dapatkan dari berbagai sumber. Termasuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Disdikbud Bulungan dan INOVASI. Terlebih statusnya sebagai fasilitator daerah, membuat Bu Desi mengetahui tindakan teknis yang harus Ia lakukan saat menemukan anak lamban membaca.