Sebagai tindak lanjut lokakarya tahap pertama, lokakarya kedua ini diharapkan dapat menghasilkan program Quick-Win yang dapat dilaksanakan dan mendapatkan dukungan pendanaan kolaboratif antar jenjang pemerintahan mulai dari provinsi, kabupaten/kota sampai pemerintah desa dalam bingkai organisasi “Komite Kolaborasi Pendidikan NTT Bangkit”.

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 hingga 14 Februari 2020, bertempat di Aula Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi NTT. Kegiatan dibuka oleh Asisten Administrasi Umum, Kosmas D. Lana. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa Roadmap Grand Design harus menghasilkan program yang dikerjakan bersama antara provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini penting agar persoalan pendidikan di NTT dapat diselesaikan secara bersama-sama. “Lokakarya kedua ini diharapkan dapat menghasilkan program akselerasi yang sudah mulai dilakukan pada 2020 dan 2021,” kata Kosmas.

Selain Kelompok Kerja (Pokja) Grand Design, lokakarya ini juga dihadiri oleh perwakilan Dinas Pendidikan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dari 22 kabupaten/kota di NTT, dan penasihat khusus Gubernur NTT bidang pendidikan Prof. Willi Toisuta dan Prof. Mien Ratoe Odjoe. Sementara tim gabungan antara INOVASI dan TASS yang telah menjadi narasumber dan fasilitator sejak penyusunan Grand Design kembali memberikan dukungan teknis dalam penyusunan peta jalan ini. Tim tersebut terdiri dari Basilius Bengoteku (Senior Advisor Sub Nasional INOVASI), Hironimus Sugi (Pronvincial Manager INOVASI NTT), Mus Mualim (Provincial Education Policy Specialist INOVASI NTT), dan Ingga Danta Vistara (Activity Manager Program TASS).

Mengusung tema “Langkah Strategis dan Konkrit untuk Integrasi Program Quick-Win ke dalam Perencanaan dan Penganggaran, Sinergi antara Jenjang Pemerintahan dan Satuan Pendidikan”, kegiatan ini dibagi ke dalam lima sesi. Sesi pertama adalah sinkronisasi program dan kegiatan Quick-Win hasil lokakarya peta jalan tahap satu dengan apa yang sudah dilakukan oleh kabupaten/kota, akademisi, budayawan, yayasan/LSM, media dan pegiat literasi lainnya di NTT.

Sesi kedua mendiskusikan tentang integrasi relasi tugas fungsional menurut jenjang pemerintahan (desa/keluarahan, kabupaten dan provinsi) dan Satuan Pendidikan (PAUD, SD, SMP, SMA/SMK, PKLK dan Pendidikan Non Formal) dan yang ketiga merumuskan indikator program Quick-Win sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan program.

Sementara bagian keempat berfokus pada integrasi program dan kegiatan kedalam perencanaan dan penganggaran dan pada sesi kelima peserta kegiatan melakukan penghitungan biaya pelaksanaan program Quick-Win untuk tahun 2020 dan 2021.

Terkait program Quick-Win, Prof. Willi Toisuta mengatakan perlu memastikan agar setiap program yang dirumuskan adalah berbasis bukti dan bagaimana menggunakan bukti tersebut untuk mendorong kebijakan dalam program Quick-Win. Untuk memastikan terlaksananya, program Quick-Win diintegrasikan ke dalam perencanaan dan penganggaran di daerah. Integrasi ini, menurut Prof. Willi, perlu ditindaklanjuti agar program tersebut dilaksanakan sesuai dengan kewenangan para pemangku kepentingan, termasuk membangun komunikasi dengan pemegang kewenangan. Ia juga merekomendasikan agar target dan sasaran program Quick-Win dibuat per tahun untuk periode 2020 hingga 2030.

Pembentukan “Komite Kolaborasi Pendidikan NTT Bangkit” adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk memastikan keterlaksanaan pogram Quick-Win yang telah dirumuskan dalam peta jalan Grand Design. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Benyamin Lola, di akhir kegiatan mengatakan “Ide cerdas ini diharapkan dapat menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan kewenangan provinsi dan kabupaten/kota agar saling bersinergi. Yang lebih penting adalah bagaimana memanfaatkan bukti-bukti yang sudah didapatkan di seluruh pelosok NTT sebagai titik awal pelaksanaan program Quick-Win.”