
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) sejak akhir bulan Juni 2020 telah menggelar Seri Webinar Guru Belajar: Adaptasi Pembelajaran Masa Pandemi. Dengan berbagai tema pembahasan, webinar tersebut akan digelar hingga 4 Agustus 2020. Sebagai wadah bagi Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Penilik, Pendidik dan Tenaga Kependidikan Lainnya, upaya ini diharapkan dapat membantu menghimpun energi positif dengan tetap berdaya dan memberdayakan sesama guru dan tenaga kependidikan di tengah pandemi COVID-19 dengan berbagi dan belajar. INOVASI pun turut berpartisipasi menjadi narasumber di salah satu seri webinar tersebut.
Pada seri Webinar Guru Belajar ketiga yang digelar pada tangga 13 Juli 2020, INOVASI turut berpartisipasi dengan menjadi salah satu narasumber. Hadir sebagai moderator adalah Romi Siswanto dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, dengan narasumber Adin Nur Ariantok, M.Pd. dari SDN Boyolangu 1, Tulungagung, Jawa Timur yang memaparkan tentang “Melaksanakan Asesmen Formatif pada Siswa SD secara efektif dan efisien dalam PJJ Blended” serta Sri Widuri dari INOVASI yang memaparkan tentang “Penyusunan RPP Tematik untuk Pembelajaran Jarak Jauh: Apa saja yang perlu diperhatikan?”
Terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Blended, Adin membagikan pengalamannya terutama dalam melaksanakan asesmen formatif. Ia menceritakan bagaimana ia melakukan PJJ Blended di awal-awal pandemi Covid-19, merancang pembelajaran, sampai akhirnya mengimplementasikan asesmen formatif. Awalnya ia membayangkan bahwa PJJ itu harus daring/online, namun menurutnya strategi tersebut kurang tepat. Dari total 29 siswa, hanya 24 yang aktif mengerjakan, sementara lima siswa lainnya tidak pernah mengerjakan tugas yang ia berikan. Setelah menggali informasi, rupanya siswa tersebut tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak memiliki akses terhadap ponsel.
Keluarnya Surat Edaran (SE) Kemendikbud No. 4 tahun 2020 telah memberikan pencerahan baginya. Jika di Kurikulum 2013 para guru berkewajiban untuk menuntaskan semua kompetensi dasar (KD) siswa, maka melalui SE tersebut dikatakan guru tidak diwajibkan menuntaskan. Bagi Adin relaksasi kurikulum ini sangat memudahkan dirinya sebagai seorang guru. Ia pun mulai merencanakan PJJ Blended – menggabungkan pembelajaran luring dan daring.
Pembelajaran dari implementasi program Belajar dari Rumah (BDR)
Sementara itu, Sri mewakili INOVASI pada kesempatan tersebut membagikan empat temuan pembelajaran yang dipetik dari implementasi program Belajar dari Rumah (BDR) di masa pandemi berdasarkan survei cepat yang dilakukan oleh program INOVASI di empat provinsi mitra, yaitu NTB, NTT, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur.
Pertama, Sri menyampaikan bahwa survei menemukan tingkat kesiapan orang tua, guru, dan siswa cukup beragam dalam melaksanakan BDR. Temuan kedua adalah terkait media pembelajaran di mana media luring paling banyak digunakan oleh responden survei INOVASI yang dilakukan pada bulan April 2020. Ketiga, secara materi, guru masih merasa secara psikologis harus menuntaskan kurikulum. Terakhir, INOVASI menemukan secara konsisten bahwa ada beberapa kelompok siswa yang menghadapi resiko paling besar di masa pandemi ini, seperti anak-anak tersebut tidak mendapatkan pembelajaran yang bermutu – bahkan tidak mendapatkan pembelajaran sama sekali.
Selain survei cepat, INOVASI juga memetik pelajaran tentang implementasi Belajar dari Rumah dari intervensi skala kecil. Bulan April lalu sejumlah Lembar Kerja Siswa (LKS) secara cepat dikembangkan oleh INOVASI dengan materi terkait literasi, numerasi, pendidikan karakter, dan psikoedukasi yang diharapkan dapat menjadi materi pelengkap kurikulum. Sasaran LKS ini memang adalah para orang tua yang tidak punya akses internet atau minim sekali akses internet.
Hasil refleksi INOVASI setelah pengembangan dan ujicoba pengunaan LKS tersebut dalam kegiatan BDR adalah: Pertama, instruksi yang jelas, menarik, dan sederhana dalam LKS lebih berguna bagi orang tua dan siswa. Kedua, orang tua merasa belum bisa atau belum puas/efektif mendampingi anaknya. Ketiga, orang tua dengan anak yang berkebutuhan khusus perlu dukungan ekstra. Keempat, siswa perlu media belajar dan buku bacaan sesuai kemampuan. Jadi menurut para orang tua, selain memberikan tugas yang juga dibutuhkan adalah dukungan – terutama para orang tua dari kelompok ekonomi rentan. Dukungan tersebut bisa berbagai cara, termasuk media, dan bahan-bahan bacaan serta alat tulis.
Saran INOVASI dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik untuk PJJ:
Kemampuan Siswa dan Orang Tua
Sebelum menyusun RPP, tentunya diperlukan pengetahuan tentang kemampuan siswa. Di masa normal, hal ini menyangkut akademis siswa. Tetapi untuk PJJ – di mana anak belajar dari rumah, perlu diketahui pula tingkat kemandirian belajar siswa (aspek non-akademis). Selain kemampuan siswa, perlu untuk mengetahui kemampuan orang tua siswa dari sisi ekonomi maupun kemampuan membaca dan menulis untuk mengetahui apakah orang tua memiliki kemampuan yang cukup untuk mendampingi anak. Di awal tahun ajaran, guru sebaiknya tidak hanya melakukan asesmen diagnostik terhadap kompetensi siswa dan analisa kompetensi, tetapi juga mencari informasi tentang kemampuan non-akademik siswa serta kemampuan orang tuanya. Untuk melakukan asesmen diagnostik/awal, INOVASI memiliki alat untuk mengukur kemampuan calistung siswa, khususnya di tingkat SD/MI. Selain itu, alat diagnostik Profil Belajar Siswa (PBS) bisa digunakan guru dengan orang tua untuk mendeteksi kesulitan belajar anak yang diduga mungkin memiliki kebutuhan khusus.
Kerja Sama dengan Orang Tua
Di masa yang sulit ini, salah satu perubahan fundamental di sistem pendidikan di seluruh dunia adalah bergesernya peran orang tua. Dan pergeseran ini sebenarnya kembali ke peran yang seharunya dimainkan oleh orang tua sebagai pendidik pertama untuk anak-anaknya. Guru bisa bekerja sama dengan orang tua dalam merancang RPP, atau memberikan kesempatan bagi orang tua untuk memberikan input. Mungkin tidak tujuan RPP, tetapi kegiatan dan media yang bisa digunakan. Jadi orang tua dengan anaknya bisa menyepakati kegiatan pembelajaran seperti apa yang memungkinkan dilakukan di rumah, dengan sumber daya yang mereka miliki. Sri pernah memiliki pengalaman mengajar cukup lama sebagai guru SD, dan ia mengakui bahwa melakukan hal ini tentu tidak mudah. Ada beberapa orang tua yang mungkin sulit sekali untuk diajak berkomunikasi, tetapi di sinilah ujian seorang guru dan kesetiaan terhadap profesi untuk terus menerus mencoba untuk berkomunikasi dengan orang tua sehingga akhirnya mereka memiliki kesiapan untuk mendukung anaknya belajar. Ini sangat penting, tidak hanya di masa pandemi, tetapi sebenarnya juga di masa normal.
Variasi Kegiatan
Perlu ada variasi kegiatan selama PJJ. Orang tua dan siswa jika diberi opsi, mereka akan memiliki kegiatan pembelajaran yang variatif dari jenisnya. Misalnya, kegiatan yang membangun kognitif dan non-kognitif, kegiatan indoor dan outdoor, menulis, menggambar, bernyanyi. Jadi, variasi ini penting untuk menjaga motivasi anak dan juga orang tuanya. Jadi tidak perlu monoton hanya tugas tulis. Variasi dalam hal alokasi waktu kegiatan juga penting. RPP mungkin tidak harus per jam pelajaran, mungkin saja bisa per minggu tergantung kesepakatan dengan orang tua – berapa jam mereka bisa mendampingi anak-anak mereka setiap minggunya.
Media
Dalam merancang RPP, pasti juga akan memikirkan media apa yang dapat digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan yang dilakukan di kelas. Di dalam PJJ yang dilakukan di rumah, guru juga perlu memikirkan apakah media tersebut juga tersedia di rumah. Untuk pembelajaran luring, INOVASI menyarankan agar guru menggunakan media benda-benda sekitar yang mudah didapatkan di sekitar rumah siswa. Kalaupun ada media spesifik yang perlu dibeli, sebaiknya yang mudah didapat dan secara biaya terjangkau.
Penilaian
Terkait komponen penilaian dalam RPP Tematik PJJ, untuk RPP tentu saja yang paling tepat adalah penilaian formatif karena masih dalam proses belajar. Ada setidaknya dua jenis penilaian formatif yang bisa digunakan dalam PJJ yaitu Assesment for Learning di mana guru belajar, dengan dukungan orang tua, belajar dan mendapatkan umpan balik tentang sejauh mana anak sudah mencapai tujuan pembelajaran, jika belum bisa dikoreksi di RPP selanjutnya. Selain itu ada pula Assesment as Learning di mana penilaian itu menjadi salah satu bagian dari pembelajaran oleh siswa. Model Self-assessment bisa dimasukkan menjadi salah satu komponen penilaian dalam RPP Tematik, karena ini akan mendorong kemandirian siswa yang memang sangat dibutuhkan dan relevan untuk PJJ. Orang tua sekali lagi perlu dilibatkan dalam melakukan penilaian formatif, sehingga mereka juga bisa tau sejauh mana pencapaian anaknya dan efektivitas dukungan yang mereka berikan.