Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kegiatan pembelajaran dari rumah bagi seluruh siswa SDN Ngampelsari telah berlangsung sejak 17 Maret 2020 lalu. Tak terkecuali kelas Ibu Nurul Ainia, S.Pd, guru di sekolah tersebut yang mengajar di kelas satu.

Sejak siswanya belajar di rumah, guru yang akrab dipanggil Ibu Nia ini harus menyusun strategi membuat materi pembelajaran yang menyenangkan di rumah.

“Saya mencoba membuat jadwal kegiatan untuk siswa yang tidak memberatkan orang tua. Saya mengawali dengan membuka komunikasi dengan para orang tua dengan maksud mendiskusikan apakah mereka keberatan atau tidak dengan materi yang akan saya berikan kepada siswa,” ungkapnya.

Ia juga berkomunikasi secara intens dengan paguyuban kelas yang beranggotakan para orang tua dari kelasnya.

 

“Karena ada beberapa siswa yang tidak memiliki fasilitas ponsel untuk mengirimkan tugas secara online, maka tugas paguyuban yang akan meneruskan informasi tugas-tugas yang wajib diselesaikan anak selama belajar di rumah, terutama bagi orangtua yang tidak memiliki ponsel untuk belajar secara online,” cerita Ibu Nia.

 

Tugas pertama adalah tekait dengan materi tematik, orang tua diminta mendampingi anak terkait dengan tema 7: Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku.

“Saya meminta anak-anak di rumah didampingi oleh orang tua, melakukan perawatan terhadap tanaman seperti misalnya menyapu halaman rumah yang ada tanaman, menyiram, dan menyabut rumput liar yang hidup di sekitar tanaman. Hasilnya dapat difoto dan dikirimkan kepada saya,” tutur Ibu Nia.

Bagi orang tua yang tidak memiliki ponsel untuk mengirimkan gambar atau foto kegiatan anak, mereka melakukan konfirmasi kepada pengurus paguyuban atau bisa langsung ke Ibu Nia. Selain belajar materi tema 7, anak-anak pun belajar menyayangi dan merawat tanaman dengan baik.

Sedangkan untuk melihat bagaimana proses tanaman itu bisa tumbuh, Ibu Nia meminta anak-anak meletakkan biji kedelai dalam sebuah gelas kosong yang diberi kapas basah. Anak diminta mengamati dan membuat laporan pertumbuhan biji kedelai mulai hari ke-1 hingga ke-7.

 

“Saya takjub dengan anak-anak yang antusias membuat laporan pengamatan biji kedelai ini. Ada laporan berbentuk tertulis lengkap dengan gambar pertumbuhan setiap harinya, ada yang mengirimkan foto, dan ada yang membuat videonya. Semuanya didukung penuh oleh orang tua mereka masing-masing di rumah,” ungkapnya.

Terkait dengan kondisi saat ini dimana anak-anak harus belajar di rumah, Ibu Nia sebisa mungkin memberikan penjelasan yang mudah dipahami anak.

“Saya kirimkan video terkait Covid 19 ke group daring orang tua dan saya minta kepada orang tua agar menjelaskannya ke anaknya masing-masing. Selanjutnya saya menugaskan kepada anak untuk melakukan presentasi yang divideokan dan dikirim ke saya. Bagi orang tua yang tidak memiliki fasilitas ponsel pintar untuk merekam dan mengirimkan video, anak bisa diminta untuk menggambar dan menceritakan dengan bahasa mereka sendiri. Gambar nantinya bisa dibawa saat anak-anak masuk sekolah lagi,” jelasnya.

Menurut Ibu Nia, belajar dari rumah ada sisi positifnya, namun banyak juga tantangannya.

Sisi positifnya, dirinya senang melihat kolaborasi orang tua dan anak dalam mengerjakan tugas.

“Dulu mungkin ada beberapa orang tua yang terkesan tak peduli dengan pendidikan anaknya, yang penting anak masuk sekolah, selesai. Tetapi sekarang orang tua menyadari bagaimana anak-anak mereka sangat butuh pendampingan orang tua dalam belajar di rumah.

Namun tantangannya juga banyak, salah satunya adalah orang tua yang tidak memiliki ponsel untuk mendukung pelaksanaan belajar secara online. Ada juga beberapa orang tua yang masih bekerja sehingga anaknya tidak dapat didampingi secara langsung.

Ibu Nia pun berharap semoga pandemi ini segera berakhir sehingga anak-anak dapat kembali belajar di sekolah lagi.