Artikel ini dimuat ulang dari Tribun Kaltara.

TRIBUNKALTARA.COM,TARAKAN – Kegiatan Gelar Wicara Internasional Berbagi Pengalaman Pengelolaan Pendidikan di Wilayah Terpencil dilaksanakan di Auditorium Lantai 4 Gedung Rektorat Universitas Borneo Tarakan, Rabu (4/12/2024).

Kegiatan ini kerja sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau FKIP UBT bersama INOVASI dan menghadirkan panelis dari luar negeri dan dalam negeri serta penanggap dari berbagai bidang keilmuwan. Manajer TribunKaltara.com Sumarsono turut menjadi penanggap dalam acara itu. Temanya sendiri yakni Membangun dari Daerah Pedalaman dan Perbatasan.

Dekan Fakultas FKIP UBT Suyadi dalam sambutannya menyampaikan, atas kerja sama FKIP didukung penuh oleh INOVASI kegiatan ini bisa terwujud. “Di mana kita cenderung melihat sesuatu dari kaca mata yang sama padahal dari sisi kondisi geografis, kultur, letak dan lokasi wilayah kita berbeda. Negara kita masih memandang dari kacamata sama dan perlakuannya memberikan dampak beda terhadap perkembangan pendidikan terpencil,” ujarnya.

Kegiatan ini dilaksanakan di Universitas Borneo Tarakan dan dihadiri 200 orang undangan dan 700 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia hadir secara daring.

Pembicara yang dihadirkan, lanjut Suyadi, sesuai dengan pengalaman di bidang dan keahliannya selama mengajar di wilayab terpencil baik mereka yang ada di dalam dan luar negeri.

“Strategi pengelolaan pendidkan terpencil ini tentu dibutuhkan inovasi dan solusi di wilayah 3T. Dari sisi pendidikan masih perlu diselesaikan. Tentunya kerja sama intrnasional ini harus digiatkan agar bagaimana pendidikan di Indonesia tidak inklusif dan kegiatan ini bisa jadi inspiratif peserta,” terangnya.

Selanjutnya, Direktur Program INOVASI, Mark Heyward menyampaikan secara daring, pertemuan melibatkan dua negara ini diharapkan nanti bagaimana peserta mampu mengenali masalah daerah, lalu bagaimana merumuskan solusi tepat atasi masalahnya di daerah.

“Ketiga, bagaimana kolaborasi dan berhasil mengatasi kondisi di sekolah terpencil,” ujar Mark Heyward.

Kegiatan lokakarya ini, lanjutnya, diharapkan bisa menjadi inspirasi banyak orang untuk peduli di daerah terpencil.

“Kegiatan ini diharapkan bisa memberikan pendidikan yang adil termasuk daerah pedalaman dan perbatasan. Kegiataan seperti ini harus dipertahankan,” ujarnya.

Rektor UBT diwakili Bidang Akademik, Dr Ir Adi Sutrisno menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Inovasi yang selama ini sudah memberikan dukungannya.

Termasuk apresiasi setingginya kepada FKIP yang menyelenggarakan kegiatan hari ini.

“Ucapan terima kasih seluruh narsum hadir di acara ini. Mewakili DPRD Provinsi Kaltara, DPRD Kab Nunukan, FKIP Pattimura, serta semua narsum selaku panelis yang punya pengalaman panjang dalam pendidikan. Ada guru SD di wilayah terpencil di Kaltara dan di luar Kaltara,” paparnya.

UBT sendiri lanjutnya dari sisi sejarah, hadir dicita-citakan para pendiri terdahulu tahun 2000-an diperuntukkan masyarakat di perbatasan. Kebetulan, saat pendirian atau menjadikan Universitas Borneo Tarakan sebagai universitas negeri, alasan utama karena berada di wilayah perbatasan.

“Ada tiga universitas saat itu yang menjadi negeri, yaitu UBT, Universitas Bangka Belitung dan Universitas Musamus dan ketiganya ini ada di wilayah perbatasan dan terkait erat dengan wilayah 3T. Dengan alasan 3T ini banyak dikembangkan prodi,” paparnya.

Karena posisi ada di perbatasan, jurusan keperawatan, kebidanan, akutansi, psikologi dan terakhir Fakultas Kedokteran telah dibuka dan sudah lama dimoratorium.

“Saya kira sama disampaikan dengan Pak Direktur INOVASI, bahwa pemerataan pendidikan adalah sesuatu yang penting. Walaupun dalam beberapa waktu terakhir lebih ngetren Merdeka Belajar daripada pemerataan pendidikan. Padahal kalau bicara data, kesenjangan pendidkan sangat terlihat nyata. Peran FKIP sangat besar dalam pembangunan SDM,” lanjutnya.

“Kalimantan Utara dan komitmen yayasan pada saat itu bangun dan FKIP pertama kali buka punya program studi yang banyak yakni ada 6 prodi. Harapannya ketika banyak putera daerah pandai bisa ditularkan ke masyarakat. Diharapkan 10-20 tahun akan datang mendominasi sekolah adalah guru pengajar lulusan UBT,” tukasnya.